Ichthyos Research Group Fkp Universitas Syiah Kuala Lakukan Survey Larva Sidat (Glass Eels) Di Kabupaten Aceh Barat Daya
Blang Pidie, 29 November 2017
Ichthyos Research Group Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala pada September 2017 kemudian telah melaksanakan survey potensi larva sidat (glass eel) di Kab. Aceh Barat Daya. Sidat atau dalam Bahasa Aceh sebut ileah, nijea dan kirai yakni potensi perikanan yang bernilai ekonomi tinggi dan sangat berpotensi untuk dikembangkan dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat di pedesaan. Sampling dilakukan selama 3 hari di 5 lokasi, yaitu Manggeng, Lama Muda, Tangan-Tangan, Susoh dan Pantai Bali. Kegiatan ini didukung oleh Bappeda Aceh Barat Daya. Hasil survey menawarkan bahwa terdapat glass eel pada 2 lokasi dari 5 total lokasi survey yaitu pada lokasi Muara Pantai Bali dan Muara Susoh. Adapun pada waktu pengambilan data dioperasikan 3 unit glass eels traps per lokasi sampling.
Gambar 1. Lokasi survey glass eel, dimana (a) Kec. Manggeng, (b) Kec. Tangan-Tangan, (c) Pantai Bali, d) Lama Muda.
Survey dipimpin oleh Agung Setia Batubara mahasiswa Doktor Ilmu Perikanan pada Program Studi DMAS Unsyiah. Agung menjelaskan pada lokasi muara Sungai Lama Muda walaupun tidak ditemukan glass eels, namun keberadaan sidat ukuran konsumsi tertangkap pada jaring udang yang dipasang nelayan di muara sungai tersebut. Hal ini menawarkan migrasi glass eels juga terjadi di sungai ini. Walaupun glass eel tidak terlihat, dengan keberadaan sidat ukuran brown dan silver mengindikasikan bahwa wilayah tersebut merupakan jalur migrasi sidat menuju perairan tawar. Selanjutnya pada lokasi Sungai Manggeng dan Sungai Tangan-Tangan hasil wawancara dengan masyarakat diperoleh isu bahwa bahwa kirai (Anguilla bicolor) sering tertangkap pada pancing nelayan. Hal ini menawarkan bahwa kedua sungai tersebut juga termasuk habitat sidat, namun kemungkinan tidak tertangkapnya sampel glass eel lantaran ada faktor lain ibarat musim, letak dan jumlah alat tangkap yang kurang tepat, terperinci Agung lebih lanjut.
Gambar 2. (a) glass eel ikan sidat dan (b) sidat yang telah berukuran brown eels
Secara umum keberadaan glass eel yang minim, Agung menduga hal ini kemungkinan disebabkan lantaran waktu sampling yang sudah memasuki awal bulan (bulan baru), sehingga pasang tidak lagi tinggi yang berdampak pada kemampuan glass eel untuk mencapai sungai. Sebagaimana diketahui bahwa glass eel bermigrasi ke sungai pada ketika pasang tinggi pada kondisi bulan mati (gelap), yaitu pada malam ke 29-30 bulan Hijriah. Selain itu minimnya jumlah glass eel yang tertangkap kemungkinan lantaran September bukan puncak pemijahannya di daerah ini sehingga jumlah larva yang bermigrasi juga rendah. Hal ini sangat menghipnotis jumlah glass eel yang bermigrasi ke perairan tawar, pungkas Angung.
Informasinya potensi dan seberan glass eels ini penting diketahui dalam kaitan planning pengembangan budidaya dan pengelolaan sidat di Kabupaten Aceh Barat Daya. Direncanakan juga akan dilakukan konservasi sungai untuk menjaga stock larva sidat tetap terjaga dan mendukung planning pengembangan budidayanya.
Agung Setia Batubara
Agung Setia Batubara


