Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Alasan mengapa AOV masuk Asian Games sedangkan Mobile Legends Tidak

Pada ajang Asian Games 2018 Jakarta-Palembang bulan agustus mendatang akan resmi mempertandingkan eSports (electronic sports) akan ada 6 game yang di pertandingkan nantinya, antara lain:

1. Arena Of Valor
AOV merupakan game android bergenre moba yang di klaim menjadi moba nomor satu di Asia yang sudah di unduh jutaan kali di Play Store

2. Pro Evolution Soccer

Pro Evolution Soccer atau World Soccer Winning Eleven adalah seri permainan video sepak bola yang dikembangkan dan diterbitkan oleh Konami.

3. League Of Legends
League Of Legends merupakan game bergenre Moba yang di kembangkan dan diterbitkan oleh Riot Games

4. Clash Royale
Clash Royale merupakan game bergenre Real Time Strategi menggunakan kartu yang di terbitkan oleh Supercell

5. HearthStone
Hearthstone merupakan sebuah collectible card game yang mengambil setting di dunia Warcraft.

6. StarCraft 2
StarCraft II adalah permainan komputer yang kini Sedang laris oleh Blizzard Entertainment sebagai sekuel dari permainan real-time strategy populer, StarCraft.

Oke kali ini topik pembahasan kita akan merujuk kepada alasan masuknya AOV ke Asian Games di banding dengan Mobile Legends yang pemainnya jelas lebih ramai.

Mobile legends dan AOV game android bergenre MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) paling populer saat ini, Mobile Legends sendiri telah berhasil mendapatkan 100 Juta unduhan di Play Store sedangkan AOV sendiri baru mendapatkan 5 Juta unduhan di playstore (Server Indonesia).

Lalu mengapa pemerintah memilih memasukan AOV ke Asian Games dibandingkan dengan game Mobile Legends yang pemainnya lebih ramai? Berikut telah kami rangkum beberapa alasannya:

1. Memang ramai, tapi hanya di Indonesia

Alasan pertama mengapa mobile legends tidak masuk asian games karena game ini hanya ramai di mainkan di Indonesia saja.
Pemain mobile legends di Indonesia memang sangat banyak, tapi itu bukan berarti pemain mobile legends banyak juga di luar negeri.

Pemain Mobile Legends di luar Indonesia tidak sebanyak dan seantusias dibandingkan dengan Arena of Valor. Apalagi bila dibandingkan dengan negara china itu sendiri yang mana merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia.

Selain itu, sudah terbentuk kompetisi di 85 negara secara rutin, ini salah satu pertimbangan utama mengapa AoV terpilih untuk masuk Asian Games sedangkan Mobile Legend tidak.

2. Turnamen ML yang Hit and Run

Apa yang dimaksud dengan Hit and Run disini? Yang dimaksud adalah turnamen yang dilakukan oleh Mobile Legends hanya mencari pemenang regional, setelah itu tidak ada kelanjutan nasib pemenangnya.

Berbeda dengan AOV setelah mereka menemukan pemenang maka pemenang akan diikutsertakan untuk mewakili Indonesia di turnamen international mereka di Los Angeles, USA

Hal ini jelas jauh lebih baik untuk para pemain pro dibandingkan mereka yang harus mencari-mencari turnamen sendiri seperti para pemain bola yang mengikuti tarkam untuk mencari tambahan uang dapur sendiri.

3. Ekosistem eSports Mobile Legends tidak terbentuk dengan baik.

Untuk hal yang satu ini, AOV memang layak untuk di acungi jempol karena mereka mendukung setiap kegiatan regional maupun turnamen kecil yang diadakan oleh komunitas. Mereka memberikan dukungan berupa hadiah in games or support untuk SETIAP turnamen yang diadakan.

Setiap pemenang dipantau langsung oleh publisher, tidak dilepas begitu saja. Sebagai pemain, tentu hal ini lebih menyenangkan karena lebih diperhatikan. Dan, setiap komunitas yang terbentuk bisa memberikan masukan sehingga ke depannya game dapat menjadi lebih baik dan kompetitif.

4. Gameplay yang tidak Balance

Karena pada basic nya skin untuk menambah attribut ini hanya cocok untuk game-game bergenre RPG yang mana pakaian dan equipment dapat menambahkan stat.

Hero baru keluar akan sangat Over Power, tetapi tidak lama kemudian di nerf ini merupakan salah satu bukti bahwa developer terlalu terburu-buru mengeluarkan hero tanpa ditest terlebih dahulu. Dan, telah terbukti pada turnamen Garuda Cup, Tim Evos dan BOOM.ID di- diskualifikasi setelah secara tidak sengaja menggunakan SKIN ketika pertandingan

5. Plagiatisme

Plagiatisme di game Mobile Legends memang sudah menjadi rahasia umum. Akibat adanya unsur plagiatisme di dalam game Mobile Legends para brand besar pun mempertimbangkan untuk menggandeng mobile legends sebagai partner di dalam menggelar turnamen. Kenapa ? Karena adanya masalah pengambilan intelektual property, dimana ini merupakan masalah serius bagi sebuah brand.

Tanpa ada nya sponsor, seramai apapun ML pasti akan kesulitan untuk mengadakan turnamen besar. Apalagi ML belum memiliki kantor perwakilan di Indonesia, sepertinya akan jadi kenyataan bahwa brand-brand yang ingin menebeng ketenaran Mobile Legends akan beralih ke pesaing nya karena diyakini lebih aman untuk exposure brand itu sendiri.

Begitu juga dengan Asian Games, karena masalah plagiat yang sedang bergulir ini di pengadilan California, Amerika Serikat membuat mereka urung membawa ML masuk ke rancah e-sports, bahkan Mobile Legends sendiri tidak bisa diakui di ESL, yang merupakan platform e-sports dunia.

Itulah alasan mengapa game Mobile Legends tidak layak masuk Asian Games 2018. Jangan lupa share artikel ini agar bisa memberikan manfaat bagi banyak orang.