Apa Itu Fmea
Pengertian FMEA
FMEA merupakan salah satu Core Tools yang terdapat didalam standar internasional untuk industri otomotif ibarat standar ISO TS 16949 yang sekarang bermetamorfosis standar IATF 16949.
Core Tools tersebut antara lain yaitu :
§ APQP (Advance Product Quality Planning)
§ PPAP (Production Part Approval Process)
§ MSA (Measurement System Analysis)
§ Control Plan
§ FMEA (Failure Mode Effect Analysis)
Ada beberapa definisi mengenai FMEA, didalam artikel ini kita simak dua pengertian berikut :
§ Menurut : Omdahl 1988 dan ASQC 1983,
FMEA yaitu Teknik Engineering yang dipakai untuk menetapkan, mengidentifikasi, dan menghilangkan kegagalan yang diketahui dan/atau potensi kegagalan, problem, error dari sistem / design / proses/ servis sebelum kegagalan tersebut hingga ke tangan pelanggan.
§ Secara umum di industri otomotif,
FMEA yaitu suatu metode analisa potensi kegagalan yang dilakukan sebelum design produk direalisasikan (DFMEA) dan atau sebelum produksi massal dimulai ( PFMEA), FMEA merupakan pecahan dari APQP (Advanced Product Quality Planning).
Tujuan dibuatnya FMEA
Sebagai tindakan antisipasi terhadap kemungkinan munculnya kegagalan, sehingga kegagalan tersebut sanggup dicegah atau dikurangi resikonya.
Kapan dibuatnya FMEA
PFMEA :
Karena FMEA merupakan suatu alat pencegahan, maka FMEA harus sudah dibentuk sebelum pembuatan tooling atau sebelum produksi dimulai. Tindakan perbaikan yang direkomendasikan dari hasil FMEA harus sudah simpulan sebelum produksi massal dilakukan.
DFMEA :
Untuk DFMEA maka pembuatannya yaitu pada tahap design produk dan sebelum release prototype design tersebut.
Maksud tindakan perbaikan dibuat
§ Mengurangi resiko kegagalan
§ Menurunkan angka kegagalan
§ Meningkatkan kemampuan deteksi
Bagian dari penilaian dan analisis yaitu penilaian resiko atau risk assessment, penilaian tersebut dievaluasi dengan 3 tahap yaitu :
§ Severity : penilaian tingkat dampak permasalahan di pelanggan
§ Occurrence : seberapa sering penyebab kesalahan terjadi
§ Detection : penilaian mengenai kemampuan control produk atau proses untuk mendeteksi penyebab duduk kasus atau failure mode.
Kapan FMEA diterapkan?
FMEA sebaiknya diterapkan pada ketika :
- Design produk baru, adanya teknologi gres dan ada proses baru.
- Perubahan pada design atau proses yang ada.
- Perangkat pendukung baru, sumber daya baru
Struktur dasar FMEA
§ Fungsi, persyaratan
§ Mode kesalahan atau failures modes
§ Efek dan konsekuensi
§ Penyebab potensial
§ Tindakan dan pengendalian untuk menemukan penyebab masalah
§ Tindakan untuk pencegahan mode kesalahan yang berulang
Langkah-langkah pembuatan FMEA
1. Identifikasi potensi kegagalan (keseriusan permasalahan) yang mungkin terjadi dari setiap tahapan proses. (Severity)
2. Identifikasi keseringan suatu permasalahan terjadi. (Occurrence)
3. Identifikasi sistem kontrol yang ada. (Detection)
4. Menghitung RPN (Risk Priority Number) = Severity x Occurrence x Detection
5. Menetapkan langkah perbaikan
Contoh Proses FMEA
| Proses | Potensi kegagalan | Efek | Severity | Potensi Penyebab | Occurence | Proses kontrol | Detection | RPN | Perbaikan |
| Solder Printing | Hasil Solder tidak bagus | Komponen Short | 10 | Seting mesin tidak benar | 8 | Visual Checking | 1 | 80 | Melakukan standarisasi pada setting mesin |
| Manual insert | Salah pasang komponen | Karakteristik elektrik NG | 10 | Human error, | 5 | Visual checking | 3 | 150 | Training operator mengenai komponen |
Ilustrasi Proses FMEA
Perkiraan resiko yang terjadi atau risk estimation dihitung memakai formula RPN (Risk Priority Number) berikut :
RPN = Severity x Occurrence x Detection
Keterangan :
§ Nilai severity = Keseriusan dari efek
§ Nilai occurrence = seberapa sering penyebab muncul
§ Nilai detection = cara mendeteksi penyebab kegagalan
Tabel Nilai Severity secara Umum :
| Efek | Keseriusan dari Efek | Rangking |
| Berbahaya (Sangat Serius) | Rangking severity sangat tinggi bila potensi kegagalan memiliki imbas terhadap keselamatan dalam pengoperasian dan pelanggaran peraturan pemerintah tanpa adanya peringatan | 10 |
| Berbahaya dengan peringatan | Rangking severity sangat tinggi bila potensi kegagalan memiliki imbas terhadap keselamatan dalam pengoperasian dan pelanggaran peraturan pemerintah dengan peringatan | 9 |
| Sangat tinggi | Produk/ item tidak beroperasi (kehilangan fungsi utamanya) | 8 |
| Tinggi | Produk/item beroperasi tetapi performance berkurang, customer sangat tidak puas | 7 |
| Sedang | Produk/item beroperasi tetapi ada salah satu hal yang tidak beroperasi, customer tidak puas | 6 |
| Rendah | Produk/item beroperasi tetapi ada salah satu hal yang menurun performancenya, customer tidak puas | 5 |
| Sangat rendah | Product/item beroperasi terjadi defect untuk sebagian besar customer | 4 |
| Sedikit mengganggu | Product/item beroperasi terjadi defect untuk separuh customer | 3 |
| Sangat sedikit mengganggu | Product/item beroperasi terjadi defect untuk customer yang sangat teliti | 2 |
| Tidak ada efek | Tidak berpengaruh | 1 |
Tabel Nilai Occurrence secara Umum :
| Kemungkinan | Rata-rata kegagalan | Rangking |
| Sangat Tinggi | 1 diantara 2 produk | 10 |
| 1 diantara 3 produk | 9 | |
| Tinggi | 1 diantara 8 produk | 8 |
| 1 diantara 20 produk | 7 | |
| Sedang | 1 diantara 80 produk | 6 |
| 1 diantara 400 produk | 5 | |
| 1 diantara 2,000 produk | 4 | |
| Rendah | 1 diantara 15,000 produk | 3 |
| 1 diantara 150,000 produk | 2 | |
| Terkendali | 1 diantara 1,500,000 produk | 1 |
Tabel Nilai Detection secara Umum :
| Detection | Criteria | Rangking |
| Hampir tidak mungkin | Pasti tidak sanggup terdeteksi | 10 |
| Sangat kecil | | 9 |
| Kecil | | 8 |
| Sangat Rendah | | 7 |
| Rendah | | 6 |
| Sedang | | 5 |
| Sedang-Tinggi | | 4 |
| Tinggi | | 3 |
| Sangat tinggi | | 2 |
| Sangat tinggi | Pengecekan dengan gampang sanggup terdeteksi | 1 |