Ayo Makan Ikan: Protein Ikan Untuk Kecerdasan Anak
By: Z. A. Muchlisin
Pengertian Ikan
Menurut ilmu iktiologi yaitu ilmu yang mempelajari seluk beluk perihal ikan, yang dimaksud dengan ikan ialah binatang vertebrata (bertulang belakang), hidup di air, mempunyai insang sebagai organ pernafasan utama (ada beberapa ikan yang memilikit alat pernafasan embel-embel selain insang), mempunyai sirip sebagai alat gerak, dan berdarah cuek (dapat menyesuaikan suhu tubuhnya dengan suhu perairan). Oleh alasannya ialah itu yang yang dimaksud ikan dalam ilmu iktiologi ialah hanya ikan-ikan bersirip saja (fin fish). Depertemen Kelautan dan Perikanan telah memperlihatkan definisi yang lebih luas tidak hanya mencakup ikan bersirip namun juga organism akuatik lainnya termasuk ikan. Oleh alasannya ialah itu yang menjadi aksentuasi disini ialah ikan bersirip.
Zat Gizi Pada Ikan dan Perannya
Ikan ialah salah satu sumber gizi hewani yang murah sehingga sanggup dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Komponen yang paling besar dan paling penting pada daging ikan ialah protein yang sanggup mencapai 20-40%, berbeda dengan protein yang bersumber dari nabati, protein yang berasal dari ikan lebih gampang dicerna sehingga kondusif bagi sistim perncernaan bayi sekalipun. Fungsi utama protein ialah sebagai zat pembangun sel-sel tubuh. Protein pada ikan tersusun atas asam-asam amino esensial dan non esensial, salah satu jenis asam amino penting yang ada pada daging ikan ialah taurin yang berperan penting dalam pentukan sel-sel otak pada bayi dan anak-anak. Oleh alasannya ialah itu sangat dianjurkan untuk memperlihatkan ikan pada sajian makanan bayi dan anak-anak.
Jumlah kebutuhan protein pada insan berkisar 1-2 gram per kg berat badan, jikalau seseorang dengan berat tubuh higienis ialah 50 kg, maka kebutuhan proteinnya berkisar 50-100 gram per hari. Jika kita perkirakan daging ikan mempunyai kandungan protein rata-rata 30%, dan sumber protein hewani kita semata-mata dari ikan, maka kita perlu mengkonsumsi ikan sebanyak 170-330 gram ikan per hari, ini artinya jumlah konsumsi ikan yang minimal bagi seseorang ialah 62kg per tahun, namun sayangnya tingkat konsumsi ikan di Aceh rata-rata berkisar 38 kg/orang/tahun. Provinsi dengan tingkat konsumsi ikan tertinggi di Indonesia ialah Maluku (51 kg/orang/tahun), sedangkan negara dengan tingkat konsumsi ikan tertinggi di dunia ialah Jepang (61 kg/kapita/tahun), sedangkan Indonesia tingkat konsumsi ikan rerata ialah 29 kg/kapita/tahun, masih kalah dengan Malaysia (55 kg/kapita/tahun).
Kadungan gizi kedua yang penting dalam daging ikan ialah lemak, namun berbeda dengan lemak pada umumnya, lemak pada ikan tergolong lemak tidak jenuh yang mengandung asam lemak esensial yang penting bagi kesehatan tubuh. Ikan maritim kaya dengan asam lemak dari kelompok Omega-3 diantaranya ialah Docosaheksaenoat (DHA) dan Eicosapentaenoat (EPA) yang berperan penting untuk menstabilkan kolesterol dalam darah dan mencegak penyakit jantun, juga ikut berperan penting dalam pembentuk sel-sel otak bersama taurine.
Daging ikan juga kaya aneka macam vitamin, diantaranya vitamin A yang berfungsi untuk mencegah kebutaan, vitamin ini banyak terdapat pada hati ikan, Vitamin D banyak dijumpai pada daging dan hati ikan, berperan untuk pertumbuhan tulang, Vitamin B6 dan Vitamin B12 yang berperan penting dalam metabolism protein dan lemak. Selain itu ikan juga kaya dengan unsur mineral yang penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi.
Ayo Galakkan Makan Ikan
Jika dilihat dari kandungan gizi dan fungsinya bagi perkembangan otak, maka masuk akal saja jikalau orang Jepang mempunyai tingkat kecerdasan diatas rata-rata orang Asia, banyak inovasi-inovasi yang dihasil dari negara matahari terbit ini. Beberapa penelitian juga melaporkan bahwa ibu hamil yang rutin mengkonsumsi ikan dengan jumlah yang cukup akan melahirkan bawah umur dengan skor IQ yang lebih tinggi, sedangkan pada orang bau tanah bisa mempertahankan fungsi-fungsi kognitif mereka lebih panjang. Jika kita melihat di Aceh yang mempunyai potensi sumberdaya perikanan yang demikian besar, sepatutnya orang Aceh berpotensi besar menjadi orang-orang cerdas. Tindakan yag harus dilakukan ialah menggalakkan makan ikan bagi keluarga, tiada hari tanpa ikan. Ikan mempunyai aneka macam jenis spesies dengan harga yang bermacam-macam pula, mulai yang paling murah hingga jutaan per kg, oleh alasannya ialah itu kita sanggup menyesuaikan dengan pendapatan keluarga masing-masing. Pendapat orang tua-tua zaman dulu yang menyampaikan banyak makan ikan sanggup menjadikan cacingan ialah tidak benar, malah yang benar ialah sebaliknya, jikalau tidak makan ikan justru sanggup menjadikan kurang gizi dan IQ rendah.
Untuk menggalakkan makan ikan perlu dilakukan aneka macam kreasi materi olahan yang bersumber dari ikan, mengadakan aneka macam festival, penyuluhan ke sekolah-sekolah, penyebaran poster dan baliho untuk mengajak makan ikan merupakan beberapa tindakan yang sanggup dilakukan.
Industri Pengolahan Ikan Skala Kecil dan Rumah Tangga
Dalam kaitan untuk meningkatkan kualitas ikan hasil tangkapan, salah satu langkah penting yang harus dilakukan ialah penerapan rantai dingin, yaitu membekukan ikan segera sehabis ditangkap hingga ke tangan pembeli, untuk itu kapal-kapal nelayan perlu dilengkapi dengan alat pendingin khusus. Membawa es berton ton dalam palka kapal mungkin bukan langkah yang efektif alasannya ialah sanggup menambah beban kapal yang ujung-ujungnya konsumsi materi bakar kapal akan meningkat, belum lagi jikalau tidak ada ikan yang berhasil ditangkap sedangkan es sudah dibeli, tentu membawa kerugian yang berganda bagi nelayan. Namun dilain pihak jikalau hasil tangkapan melimpah ruang palka kapal yang diperuntukan bagi ikan hasil tangkapan terpakai untuk menyimpan es, sehingga ruang palka akan berkurang. Untuk kapal dengan kapasitas kecil (5-10 GT) yang merupakan kapal yang paling lebih banyak didominasi di Aceh, ruang pendingin yang diharapkan bahwasanya tidak perlu teknologi canggih, contohnya cukup dengan memodifikasi freezer yang banyak dijual dipasaran dengan harga yang bervariasi, ruang pendingin modifikasi ini sanggup dipadukan dengan listrik tenaga surya misalnya.
Baru-baru ini Harian Serambi Indonesia memberitakan bahwa hasil tangkapan nelayan melimpah namun nelayan susah, seharusnya tidak terjadi jikalau industri pengolahan ikan sudah berkembang di Aceh. Dalam kondisi Aceh yang menyerupai ini, maka industri pengolahan yang patut dikembangkan ialah berbasis industri kecil dan rumah tangga, alasannya ialah masih sangat sulit menyakinkan investor yang mau membangun industri pengolahan ikan dalam skala besar bahwa Aceh telah aman, telah bebas pungli dan pajak tak resmi, belum lagi problem pasokan listrik yang tidak memadai, untuk kebutuhan rumah tangga saja tidak terpenuhi, konon lagi untuk industri, jauh panggang dari api. Percuma saja pihak Pemerintah Aceh melewat kesana kesini merayu investor untuk masuk ke Aceh sementara kebutuhan dasar listrik saja belum terjamin. Oleh alasannya ialah itu berdasarkan saya mari kita gali dan berdayakan potensi lokal kita sendiri, yaitu memperkuat industri kecil dan rumah tangga, Sehingga kejadian ikan terbuang tidak terjadi lagi.
----------------