Populasi Ikan Depik Terancam, Siapa Peduli !?
POPULASI IKAN DEPIK TERANCAM, Siapa peduli !?
Oleh: Z. A. Muchlisin
The International Union for Conservation of Nature (IUCN) yaitu salah satu organisasi nirlaba yang bergerak dalam isu-isu lingkungan dan konservasi, pada tahun 1990 telah memasukkan ikan depik dalam The Red List of Threatened Species (Daftar merah jenis yang terancam punah)
Ikan Depik (Rasbora tawarensis) yaitu salah satu jenis engkot bileah (bahasa Aceh) air tawar yang hanya ditemukan di Danau Laut Tawar, Aceh Tengah, oleh lantaran itu ikan ini bersifat endemic (distribusi sempit). Ikan depik telah menjadi maskot (trademark) Kota Takengon, Ibu Kota Aceh Tengah. Namun keberadaannya di Danau Laut Tawar semakin terancam. The International Union for Conservation of Nature (IUCN) yaitu salah satu organisasi nirlaba yang bergerak dalam isu-isu lingkungan dan konservasi, pada tahun 1990 telah memasukkan ikan depik dalam The Red List of Threatened Species (Daftar merah jenis yang terancam punah), bersama dengan Ikan Kawan (Poropuntius tawarensis) yang juga bersifat endemik disini, kedua ikan ini dimasukkan dalam kategori Vulnerable, namun demikian statusnya kini perlu dievaluasi ulang, lantaran penilaian oleh IUCN tsb telah berumur lebih dari 15 tahun.
Analisis Permasalahan
Nelayan setempat mengklaim bahwa ketika ini populasi ikan depik semakin menurun di Danau Laut Tawar, hal ini ditandai dengan semakin menurunkan hasil tangkapan para nelayan. Sejak tahun 1988 hingga 2008, diprediksi populasi ikan depik telah turun mencapai lebih dari 80%. Ada beberapa faktor yang kami duga sebagai penyebab turunnya populasi ikan depik di Danau Laut Tawar:
1. Degradasi lingkungan
Degradasi lingkungan di sekitar danau mengakibatkan terganggunya habitat tempat ikan hidup. Pembukaan hutan untuk perkebunan maupun penebangan liar mungkin menjadi pokok permasalahan degradasi lingkungan di sini. Akar-akar pohon-pohon dikenal sebagai perangkap air di waktu hujan dan secara terus menerus mensuplai air ke danau sekalipun di animo kemarau. Sayangnya yang terlihat disekeliling danau hanya bukit-bukit gundul dengan beberapa pohon pinus yang tumbuh jarang-jarang. Hal ini mengakibatkan pasokan air danau semakin berkurang di animo kemarau. Penduduk setempat menyebutkan bahwa permukaan air danau semakin turun dari tahun ke tahun, namun demikian belum ada penelitian dan data yang akurat seberapa tinggi permukaan air danau turun dalam sepuluh tahun terakhir ini. Berkurangnya pasokan air telah mengakibatkan beberapa sungai kecil disekiling danau yang biasanya dijadikan tempat pemijahan (spawning ground) menjadi kering. Perubahan ketinggian permukaan air juga akan mengakibatkan kenaikan temperatur air danau.
Temperatur atau suhu air yaitu salah satu faktor pembatas (limiting factor) yang menghipnotis distribusi, kebiasaan kawin (spawning behavior) dan kebiasaan makan (food and feeding habit) ikan.Pada animo penghujan misalnya, dimana suhu air turun dan permukaan air naik, banyak jenis ikan yang melaksanakan pemijahan, dan kemungkinan juga termasuk ikan depik. Menurut nelayan setempat pada puncak animo penghujan (Agustus-September), ikan depik akan beruaya naik ke sungai-sungai kecil yang mengalir dari kaki bukit berbatu disekeliling danau, kami mengira ikan ini akan melaksanakan pemijahan (untuk menandakan dugaan ini satu kajian sedang kami jalankan).
Suhu juga menghipnotis nafsu makan ikan, pada suhu yang relatif hangat nafsu makan ikan akan meningkat sehingga akan menghasilkan pertumbuhan yang cepat pula. Selama animo kemarau dimana suhu air hangat, ikan depik akan mengintensifkan aktifitas makan, mempercepat pertumbuhan, mematangkan kelamin dan menyimpan energi yang cukup untuk memasuki animo memijah (kawin) di animo penghujan.
Selain kekurangan air pada animo kemarau, kerusakan hutan juga akan mengakibatkan berkurangnya kecerahan air jawaban dari proses siltasi (pelumpuran), yang menjadikan berkurangnya penetrasi sinar matahari ke dalam air, dan pada gilirannya akan menghipnotis pertumbuhan dan pekembangbiakan plankton sebagai makanan ikan depik.
2. Introduksi ikan asing
Introduksi ikan ajaib ke suatu perairan sanggup terjadi secara sengaja atau tidak. Introduksi secara sengaja contohnya untuk menambah jenis ikan budidaya dalam rangka peningkatan produksi ikan, contohnya ikan mas (Cyprinus carpio) dan Nila (Oreochromis nilotica), atau untuk mengontrol biro (jentik nyamuk) penyebab deman berdarah atau malaria, contohnya ikan buntok (Xiphophorus spp) dan ikan seribu (Poecillia spp).
Baik disengaja atau tidak, introduksi ikan ajaib ke suatu perairan telah banyak dilaporkan sebagai penyebab turunnya populasi dan bahkan punahnya ikan orisinil setempat. Sebagai pola introduksi redbream sunfish (Lepomis auritus) ke beberapa danau di Italia telah menggantikan populasi ikan Alburnus alburnus orisinil setempat, introduksi ikan nile perch (Lates niloticus) ke Victoria telah mengakibatkan 60% ikan endemik di sini terancam punah, pola lainnya bagaimana imbas introduksi ikan trout coklat (Salmo trutta) di perairan New Zealand yang telah mengakibatkan turunnyaya populasi ikan New Zealand Grayling(Protoctes oxyrhynchus).
Kami tidak punya data niscaya mengenai sudah berapa jenis ikan ajaib yang diintroduksikan ke Danau Laut Tawar. Namun demikian dari hasil survey yang kami lakukan baru-baru ini ke seluruh Aceh, termasuk daerah Danau Laut Tawar, Aceh Tengah menandakan bahwa setidaknya ada enam jenis ikan ajaib yang dijumpai di Danau Laut Tawar, diantaranya yaitu ikan mujair (Oreochromis mossambicus), nila (Oreochromis niloticus), lele dumbo (Clarias gariepinus), ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan buntok (Xiphophorus sp). Informasi terakhir dari masyarakat ikan sapu beling (Liposarcus pardalis) juga mulai ada di danau ini akbiat dari ulah orang-orang yang tidak mengerti akan isu-isu lingkungan jikalau tidak mau kita sebut iseng dan tidak bertanggung jawab
Menurut akreditasi masyarakat setempat pula diperoleh informasi bahwa beberapa tahun kemudian juga telah dilakukan introduksi sejenis ikan grass carp (Ctenopharyngodon idella) telah dilakukan oleh pemerintah setempat (?) dengan tujuan mengendalikan perkembangan encong gondok di danau bahari tawar. Disatu pihak pengendalian enceng gondok dinilai kurang berhasil lantaran tetap saja Danau Laut Tawar banyak ditumbuhi oleh enceng gondok terutama di potongan pinggirnya, sementara dipihak lain akan timbul problem lain yang lebih serius yaitu keberadaan ikan ajaib tersebut akan menjadi pesaing (competitor) akan orisinil (indigenous).
3. Teknik penangkapan yang merusak
Teknik penangkapan yang merusak juga memiliki andil terhadap punahnya sesuatu spesies ikan setempat. Penggunaan racun, bom, pukat harimau menjadi penyebab serius berkurangnya populasi ikan di suatu perairan. Di Danau Laut Tawar penggunaan bom dan pukat harimau mungkin belum pernah dilaporkan, namun penggunaan racun mungkin saja terjadi, lantaran racun (potas), sejenis racun yang dipakai untuk memberantas hama di tambak-tambak udang dengan gampang sanggup dibeli dengan harga murah.
Pada umumnya nelayan setempat menangkap depik dengan memakai jaring insang dengan ukuran mata jaring kurang dari 0.5 cm (5/9 inc) yang dipasang pada sore hari dan diangkat pada pagi hari berikutnya. Kami menilai ukuran mata jarring yg dipakai terlalu kecil, sehingga banyak belum dewasa ikan depik yang ikut tertangkap. Sebenarynya pemerintah daerah telah mengeluarga Perda perihal pembatasan ukuran mata jarring minimal 2.5 cm, namun pada kenyataannya auturan ini belum dipatuhi oleh nelayan.
Selain itu beberapa nelayan setempat juga memakai perangkap tradisional yang disebut dengan “dedesen”. Dedesan dibentuk dengan cara membendung sungai kecil yang dijadikan depik sebagai lokasi ruayanya, sungai dibendung dengan cara menciptakan semacam bangunan dari kayu dimulut sungai dan ditutupi dengan dedaunan yang dibagian bawahnya diberi beberapa lobang ibarat ekspresi bubu (bubai) sebagai kanal ikan, dimana ikan yang masuk tidak sanggup lagi keluar.
Ikan yang tertangkap pada umumnya yaitu induk-induk yang akan memijah, praktek penangkapan ibarat ini telah dilakoni oleh masyarakat semenjak puluhan tahun silam dan hingga kini terus berlanjut, sanggup dibayangkan berapa jumlah induk ikan yang tertangkap setiap tahunnya. Penangkapan induk-induk ikan depik secara terus menerus akan menurunkan jumlah induk di alam sehingga ikan yang berpotensi memijah dan menghasilkan larva-larva ikan depik gres semakin berkurang dan pada akhirnya jumlah rekruitmen populasi berkurang sedangkan mortalitas jawaban faktor alam (degradasi lingkungan, predasi, dan kompetisi) dan penangkapan semakin meningkat, kesannya yaitu populasi ikan depik terus menurun dari tahun ke tahun.
4. Pencemaran
a. Pengembangan perjuangan budidaya ikan dan penangkapan ikan
Peningkatan penggunaan kolom air danau sebagai lahan budidaya perikanan diduga juga menjadi penyebab menurunnya populasi ikan depik di Danau Laut Tawar. Pengunaan kolam air danau untuk lahan budidaya ikan dalam karamba (apung dan tancap) secara tidak bijak akan mengakibatkan terjadinya pencemaran. Penggunaan jenis makanan ikan dan cara santunan yang tidak sempurna akan mengakibatkan air menjadi tercemar, apalagi jikalau dalam praktek budidaya yang diterapkan ada mengunakan zat-zat kimia, contohnya untuk pengendalian hama dan penyakit ikan.
Tata letak dan luas lahan yang dipakai juga penting diperhatikan, idealnya hanya 10% dari total luas danau saja yang boleh dipakai untuk pengembangan budidaya, hal ini juga sangat tergantung pada debit air masuk dan keluar danau serta kedalaman danau. Penempatan karamba juga penting diperhatikan pada danau yang debit airnya rendah, menempatkan karamba pada sumber air masuk berpotensi mencemari air danau secara keseluruhan.
Jenis ikan yang dibudidaya pula perlu mendapat perhatian yang serius, acara pembudidayaan spesies ikan ajaib berpotensi merusak populasi ikan liar lokal, ikan-ikan yang dipelihara dalam karamba oleh nelayan yang kurang terampil berpotensi lepas ke alam dan berkembangbiak secara tidak terkontrol dan menjadi ancaman bagi jenis lokal.
Selain itu pula banyaknya jaring bekas yang tersangkut dan menumpuk di dasar danau juga merupakan permasalahan yang cukup serius, terutama akan mengakibatkan ikan-ikan tersangkut dan mati tanpa dimanfaatkan.
b. Pengembangan wisata dan pemukiman
Aktifitas wisata, contohnya menjamurnya pembangunan hotel dan resort serta pemukiman juga menjadi sumber materi pencemar ke danau. Biasanya daerah wisata dan pemukiman ini tidak dilengkapi dengan sarana pengolahan air bersih, umumnya mereka menjadikan danau sebagai tong sampah besar bagi sampah domestik yang dihasilkan. Pembangunan jaringan drainse kota pula belum “ramah danau” artinya tetap saja buangan air kota menuju danau.
Salah satu parameter yang gampang diamati telah terjadi pencemaran (terutama dari materi organik) yaitu bekembang pesatnya flora air enceng gondok. Di Danau Laut Tawar fenomena ini sudah terjadi sebagaimana telah kami jelaskan diatas, pertumbuhan enceng gondok yang pesat umumnya terjadi dikawasan yang padat perumahan dan daerah budidaya ikan.
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa ikan depik termasuk ikan yang melaksanakan migrasi pada ketika akan memijah (spawning migration), pada umumnya ikan-ikan yang bersifat demikian akan kembali ke tempat yang sama untuk melaksanakan pemijahan, untuk menandai lokasi dan jalur migrasinya mereka menghasilkan semacam hormone yang disebut feromone yang dbersifat khas bagi setiap individu atau populasi. Jika kondisi lingkungan terkontaminasi maka kemampuan mereka untuk mendeteksinya akan hilang sehingga mereka akan tersesat dan tidak bisa melaksanakan pemijahan.
5. Perubahan iklim global
Perubahan iklim secara global juga turut meningkatkan ancaman terhadap kelangsungan hidup ikan. Peningkatan rerata suhu bumi akan mengakibatkan peningkatan suhu air dan pada gilirannya akan menghipnotis aktifitas fisiologis ikan sebagaimana telah dijelaskan pada poin pertama di atas. Penebangan hutan secara besar-besaran dan pemakaian materi kimia yang berbahaya bagi lingkungan (ozon) merupakan diantara penyebab perubahan iklim, selain dari pada faktor alam itu sendiri (el nino misalnya).
Perubahan iklim sudah dirasakan juga oleh nelayan setempat, berdasarkan akreditasi salah seorang nelayan dedesen depik, bahwa pada tahun ini hingga dengan selesai bulan Agustus hanya beberapa kali saja ikan depik beruaya naik ke sungai-sungai, hal ini disebabkan lantaran intensitas dan curah hujan yang sangat kurang. Menurutnya, berdasarkan pengalaman bulan Agustus ini sudah masuk animo penghujan, pengalaman tahun kemudian puncak ruaya terjadi pada bulan Agustus. Keadaan kini sulit diprediksi, pak! begitu cetusnya. Keenganan depik beruaya boleh jadi disebabkan lantaran animo penghujan yang belum datang atau bahkan lantaran mereka tersesat dan tidak bisa menemukan jalan pulang, jawaban pencemaran air danau.
Nelayan jaring juga mengeluhkan hal yang sama, sangat sedikit ikan depik yang tertangkap bahkan ada diantara mereka yang mengistirahatkan perahunya meralih menjadi petani kebun. Hal ini juga mengisyaratkan bahwa memang populasi depik secara umum sudah semakin berkurang.
Solusi Pemecahan Masalah
IUCN telah memutuskan bahwa ikan depik ini masuk dalam The Red List of The Threatened Species, bagaimana tindakan kita selanjutnya? apakah hanya cukup masuk daftar merah saja dan cukup Danau Laut Tawar dikenal diseluruh dunia saja? sementara kita tidak berbuat apa-apa, hanya menunggu ikan ini punah!. Ibarat kata pepatah, lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali, oleh lantaran itu pada kesempatan ini kami ingin mengajukan beberapa langkah antisipasi yang mungkin sanggup ditempuh:
1. Pemerintah daerah tolong-menolong pihak perguruan tinggi tinggi perlu segera melaksanakan kajian yang konprehensif perihal ikan ini semoga sejarah hidupnya (life history) sanggup diketahui dan didokumentasikan dengan baik. Selain kajian dari aspek biologi ikan depik itu sendiri, kajian ekologi danau juga perlu dilakukan untuk mengetahui berapa daya dukung danau (carrying capacity), mengidentifikasi kawasan-kawasan yang boleh dan tidak untuk pengembangan budidaya dst.
2. Mengidentifikasi dimana daerah pemijahan dan kapan waktu pemijahannya terjadi sehingga sanggup ditetapkan sebagai daerah terlarang dan dilindunggi dengan undang-undang (Sanctuary atau Lake Protection Area, LPA), dimana masyarakat dihentikan menangkap ikan depik pada daerah tersebut pada waktu tertentu sehingga induk-induk ikan sanggup memijah dengan baik tanpa terusik dengan dedesen atau mata jaring. Jika daerah yang telah diidentifikasi ini telah dikuasai oleh masyarakat, maka pemerintah perlu membebaskannya. LPA sanggup mengadopsi prinsip-prinsip dasar dari Marine Protection Area (MPA) yang dilaporkan telah sukses dibeberapa tempat. Yang perlu diingat yaitu proteksi daerah ini yaitu bersifat integrated and comprehensive antara daerah air (aquatic) and daerah darat (terrestrial), dengan melibatkan semua stakeholder (yang berkepentingan), dan bentuk management yang mungkin sanggup diterapkan yaitu community based management (manajemen yang berdasiskan masyarakat).
3. Menata kembali kebijakan tata kota, membatasi santunan izin tempat wisata di sekitar danau Danau Laut Tawar, mengawasi aktifitas hotel terutama dalam hal penanganan limbah semoga tidak dibuang eksklusif ke danau. Memperbaiki sistim drainase kota sehingga tidak menjadikan danau sebagai “tong sampah” Kota Takengon.
4. Pemda tolong-menolong dengan DPRD dan Perguruan Tinggi menyusun qanun perihal ekploitasi dan konservasi danau yang menunjukkan kekuatan aturan khususnya bagi penetapan Lake Protection Area, pengembangan perjuangan budidaya, wisata atau tata kota secara detail.
Yang terpenting dari kesemua itu yaitu bagaimana kita meningkatkan kesadaran pemerintah daerah dan masyarakat untuk menjaga karunia Allah SWT yang unik ini, semoga tetap lestari dan kita wariskan ke anak cucu kita. Dan ingat bahwa ikan depik hanya ada di Danau Laut Tawar, jikalau punah maka bukan hanya kita orang Aceh saja yang kehilangan akan tetapi seluruh masyarakat dunia akan rugi dan menyalahkan kita. Artinya bahwa Depik bukan hanya milik orang Aceh saja atau bahkan orang Gayo saja, akan tetapi milik seluruh masyarakat dunia, kekayaan alam bio nutfah ini merupakan aset dunia yang dititipkan pada kita orang Aceh untuk menjaganya. Marilah kita jaga amanah ini dengan sebaik-baiknya sehingga anak basuh kita tetap sanggup mencicipi enaknya pepes depik.
Sumber : Bulletin Leuser
(Penulis yaitu professor pada Fakultas Kelautan dan Perikanan, Unsyiah)
Oleh: Z. A. Muchlisin
The International Union for Conservation of Nature (IUCN) yaitu salah satu organisasi nirlaba yang bergerak dalam isu-isu lingkungan dan konservasi, pada tahun 1990 telah memasukkan ikan depik dalam The Red List of Threatened Species (Daftar merah jenis yang terancam punah)
Ikan Depik (Rasbora tawarensis) yaitu salah satu jenis engkot bileah (bahasa Aceh) air tawar yang hanya ditemukan di Danau Laut Tawar, Aceh Tengah, oleh lantaran itu ikan ini bersifat endemic (distribusi sempit). Ikan depik telah menjadi maskot (trademark) Kota Takengon, Ibu Kota Aceh Tengah. Namun keberadaannya di Danau Laut Tawar semakin terancam. The International Union for Conservation of Nature (IUCN) yaitu salah satu organisasi nirlaba yang bergerak dalam isu-isu lingkungan dan konservasi, pada tahun 1990 telah memasukkan ikan depik dalam The Red List of Threatened Species (Daftar merah jenis yang terancam punah), bersama dengan Ikan Kawan (Poropuntius tawarensis) yang juga bersifat endemik disini, kedua ikan ini dimasukkan dalam kategori Vulnerable, namun demikian statusnya kini perlu dievaluasi ulang, lantaran penilaian oleh IUCN tsb telah berumur lebih dari 15 tahun.
Analisis Permasalahan
Nelayan setempat mengklaim bahwa ketika ini populasi ikan depik semakin menurun di Danau Laut Tawar, hal ini ditandai dengan semakin menurunkan hasil tangkapan para nelayan. Sejak tahun 1988 hingga 2008, diprediksi populasi ikan depik telah turun mencapai lebih dari 80%. Ada beberapa faktor yang kami duga sebagai penyebab turunnya populasi ikan depik di Danau Laut Tawar:
1. Degradasi lingkungan
Degradasi lingkungan di sekitar danau mengakibatkan terganggunya habitat tempat ikan hidup. Pembukaan hutan untuk perkebunan maupun penebangan liar mungkin menjadi pokok permasalahan degradasi lingkungan di sini. Akar-akar pohon-pohon dikenal sebagai perangkap air di waktu hujan dan secara terus menerus mensuplai air ke danau sekalipun di animo kemarau. Sayangnya yang terlihat disekeliling danau hanya bukit-bukit gundul dengan beberapa pohon pinus yang tumbuh jarang-jarang. Hal ini mengakibatkan pasokan air danau semakin berkurang di animo kemarau. Penduduk setempat menyebutkan bahwa permukaan air danau semakin turun dari tahun ke tahun, namun demikian belum ada penelitian dan data yang akurat seberapa tinggi permukaan air danau turun dalam sepuluh tahun terakhir ini. Berkurangnya pasokan air telah mengakibatkan beberapa sungai kecil disekiling danau yang biasanya dijadikan tempat pemijahan (spawning ground) menjadi kering. Perubahan ketinggian permukaan air juga akan mengakibatkan kenaikan temperatur air danau.
Temperatur atau suhu air yaitu salah satu faktor pembatas (limiting factor) yang menghipnotis distribusi, kebiasaan kawin (spawning behavior) dan kebiasaan makan (food and feeding habit) ikan.Pada animo penghujan misalnya, dimana suhu air turun dan permukaan air naik, banyak jenis ikan yang melaksanakan pemijahan, dan kemungkinan juga termasuk ikan depik. Menurut nelayan setempat pada puncak animo penghujan (Agustus-September), ikan depik akan beruaya naik ke sungai-sungai kecil yang mengalir dari kaki bukit berbatu disekeliling danau, kami mengira ikan ini akan melaksanakan pemijahan (untuk menandakan dugaan ini satu kajian sedang kami jalankan).
Suhu juga menghipnotis nafsu makan ikan, pada suhu yang relatif hangat nafsu makan ikan akan meningkat sehingga akan menghasilkan pertumbuhan yang cepat pula. Selama animo kemarau dimana suhu air hangat, ikan depik akan mengintensifkan aktifitas makan, mempercepat pertumbuhan, mematangkan kelamin dan menyimpan energi yang cukup untuk memasuki animo memijah (kawin) di animo penghujan.
Selain kekurangan air pada animo kemarau, kerusakan hutan juga akan mengakibatkan berkurangnya kecerahan air jawaban dari proses siltasi (pelumpuran), yang menjadikan berkurangnya penetrasi sinar matahari ke dalam air, dan pada gilirannya akan menghipnotis pertumbuhan dan pekembangbiakan plankton sebagai makanan ikan depik.
2. Introduksi ikan asing
Introduksi ikan ajaib ke suatu perairan sanggup terjadi secara sengaja atau tidak. Introduksi secara sengaja contohnya untuk menambah jenis ikan budidaya dalam rangka peningkatan produksi ikan, contohnya ikan mas (Cyprinus carpio) dan Nila (Oreochromis nilotica), atau untuk mengontrol biro (jentik nyamuk) penyebab deman berdarah atau malaria, contohnya ikan buntok (Xiphophorus spp) dan ikan seribu (Poecillia spp).
Baik disengaja atau tidak, introduksi ikan ajaib ke suatu perairan telah banyak dilaporkan sebagai penyebab turunnya populasi dan bahkan punahnya ikan orisinil setempat. Sebagai pola introduksi redbream sunfish (Lepomis auritus) ke beberapa danau di Italia telah menggantikan populasi ikan Alburnus alburnus orisinil setempat, introduksi ikan nile perch (Lates niloticus) ke Victoria telah mengakibatkan 60% ikan endemik di sini terancam punah, pola lainnya bagaimana imbas introduksi ikan trout coklat (Salmo trutta) di perairan New Zealand yang telah mengakibatkan turunnyaya populasi ikan New Zealand Grayling(Protoctes oxyrhynchus).
Kami tidak punya data niscaya mengenai sudah berapa jenis ikan ajaib yang diintroduksikan ke Danau Laut Tawar. Namun demikian dari hasil survey yang kami lakukan baru-baru ini ke seluruh Aceh, termasuk daerah Danau Laut Tawar, Aceh Tengah menandakan bahwa setidaknya ada enam jenis ikan ajaib yang dijumpai di Danau Laut Tawar, diantaranya yaitu ikan mujair (Oreochromis mossambicus), nila (Oreochromis niloticus), lele dumbo (Clarias gariepinus), ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan buntok (Xiphophorus sp). Informasi terakhir dari masyarakat ikan sapu beling (Liposarcus pardalis) juga mulai ada di danau ini akbiat dari ulah orang-orang yang tidak mengerti akan isu-isu lingkungan jikalau tidak mau kita sebut iseng dan tidak bertanggung jawab
Menurut akreditasi masyarakat setempat pula diperoleh informasi bahwa beberapa tahun kemudian juga telah dilakukan introduksi sejenis ikan grass carp (Ctenopharyngodon idella) telah dilakukan oleh pemerintah setempat (?) dengan tujuan mengendalikan perkembangan encong gondok di danau bahari tawar. Disatu pihak pengendalian enceng gondok dinilai kurang berhasil lantaran tetap saja Danau Laut Tawar banyak ditumbuhi oleh enceng gondok terutama di potongan pinggirnya, sementara dipihak lain akan timbul problem lain yang lebih serius yaitu keberadaan ikan ajaib tersebut akan menjadi pesaing (competitor) akan orisinil (indigenous).
3. Teknik penangkapan yang merusak
Teknik penangkapan yang merusak juga memiliki andil terhadap punahnya sesuatu spesies ikan setempat. Penggunaan racun, bom, pukat harimau menjadi penyebab serius berkurangnya populasi ikan di suatu perairan. Di Danau Laut Tawar penggunaan bom dan pukat harimau mungkin belum pernah dilaporkan, namun penggunaan racun mungkin saja terjadi, lantaran racun (potas), sejenis racun yang dipakai untuk memberantas hama di tambak-tambak udang dengan gampang sanggup dibeli dengan harga murah.
Pada umumnya nelayan setempat menangkap depik dengan memakai jaring insang dengan ukuran mata jaring kurang dari 0.5 cm (5/9 inc) yang dipasang pada sore hari dan diangkat pada pagi hari berikutnya. Kami menilai ukuran mata jarring yg dipakai terlalu kecil, sehingga banyak belum dewasa ikan depik yang ikut tertangkap. Sebenarynya pemerintah daerah telah mengeluarga Perda perihal pembatasan ukuran mata jarring minimal 2.5 cm, namun pada kenyataannya auturan ini belum dipatuhi oleh nelayan.
Selain itu beberapa nelayan setempat juga memakai perangkap tradisional yang disebut dengan “dedesen”. Dedesan dibentuk dengan cara membendung sungai kecil yang dijadikan depik sebagai lokasi ruayanya, sungai dibendung dengan cara menciptakan semacam bangunan dari kayu dimulut sungai dan ditutupi dengan dedaunan yang dibagian bawahnya diberi beberapa lobang ibarat ekspresi bubu (bubai) sebagai kanal ikan, dimana ikan yang masuk tidak sanggup lagi keluar.
Ikan yang tertangkap pada umumnya yaitu induk-induk yang akan memijah, praktek penangkapan ibarat ini telah dilakoni oleh masyarakat semenjak puluhan tahun silam dan hingga kini terus berlanjut, sanggup dibayangkan berapa jumlah induk ikan yang tertangkap setiap tahunnya. Penangkapan induk-induk ikan depik secara terus menerus akan menurunkan jumlah induk di alam sehingga ikan yang berpotensi memijah dan menghasilkan larva-larva ikan depik gres semakin berkurang dan pada akhirnya jumlah rekruitmen populasi berkurang sedangkan mortalitas jawaban faktor alam (degradasi lingkungan, predasi, dan kompetisi) dan penangkapan semakin meningkat, kesannya yaitu populasi ikan depik terus menurun dari tahun ke tahun.
4. Pencemaran
a. Pengembangan perjuangan budidaya ikan dan penangkapan ikan
Peningkatan penggunaan kolom air danau sebagai lahan budidaya perikanan diduga juga menjadi penyebab menurunnya populasi ikan depik di Danau Laut Tawar. Pengunaan kolam air danau untuk lahan budidaya ikan dalam karamba (apung dan tancap) secara tidak bijak akan mengakibatkan terjadinya pencemaran. Penggunaan jenis makanan ikan dan cara santunan yang tidak sempurna akan mengakibatkan air menjadi tercemar, apalagi jikalau dalam praktek budidaya yang diterapkan ada mengunakan zat-zat kimia, contohnya untuk pengendalian hama dan penyakit ikan.
Tata letak dan luas lahan yang dipakai juga penting diperhatikan, idealnya hanya 10% dari total luas danau saja yang boleh dipakai untuk pengembangan budidaya, hal ini juga sangat tergantung pada debit air masuk dan keluar danau serta kedalaman danau. Penempatan karamba juga penting diperhatikan pada danau yang debit airnya rendah, menempatkan karamba pada sumber air masuk berpotensi mencemari air danau secara keseluruhan.
Jenis ikan yang dibudidaya pula perlu mendapat perhatian yang serius, acara pembudidayaan spesies ikan ajaib berpotensi merusak populasi ikan liar lokal, ikan-ikan yang dipelihara dalam karamba oleh nelayan yang kurang terampil berpotensi lepas ke alam dan berkembangbiak secara tidak terkontrol dan menjadi ancaman bagi jenis lokal.
Selain itu pula banyaknya jaring bekas yang tersangkut dan menumpuk di dasar danau juga merupakan permasalahan yang cukup serius, terutama akan mengakibatkan ikan-ikan tersangkut dan mati tanpa dimanfaatkan.
b. Pengembangan wisata dan pemukiman
Aktifitas wisata, contohnya menjamurnya pembangunan hotel dan resort serta pemukiman juga menjadi sumber materi pencemar ke danau. Biasanya daerah wisata dan pemukiman ini tidak dilengkapi dengan sarana pengolahan air bersih, umumnya mereka menjadikan danau sebagai tong sampah besar bagi sampah domestik yang dihasilkan. Pembangunan jaringan drainse kota pula belum “ramah danau” artinya tetap saja buangan air kota menuju danau.
Salah satu parameter yang gampang diamati telah terjadi pencemaran (terutama dari materi organik) yaitu bekembang pesatnya flora air enceng gondok. Di Danau Laut Tawar fenomena ini sudah terjadi sebagaimana telah kami jelaskan diatas, pertumbuhan enceng gondok yang pesat umumnya terjadi dikawasan yang padat perumahan dan daerah budidaya ikan.
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa ikan depik termasuk ikan yang melaksanakan migrasi pada ketika akan memijah (spawning migration), pada umumnya ikan-ikan yang bersifat demikian akan kembali ke tempat yang sama untuk melaksanakan pemijahan, untuk menandai lokasi dan jalur migrasinya mereka menghasilkan semacam hormone yang disebut feromone yang dbersifat khas bagi setiap individu atau populasi. Jika kondisi lingkungan terkontaminasi maka kemampuan mereka untuk mendeteksinya akan hilang sehingga mereka akan tersesat dan tidak bisa melaksanakan pemijahan.
5. Perubahan iklim global
Perubahan iklim secara global juga turut meningkatkan ancaman terhadap kelangsungan hidup ikan. Peningkatan rerata suhu bumi akan mengakibatkan peningkatan suhu air dan pada gilirannya akan menghipnotis aktifitas fisiologis ikan sebagaimana telah dijelaskan pada poin pertama di atas. Penebangan hutan secara besar-besaran dan pemakaian materi kimia yang berbahaya bagi lingkungan (ozon) merupakan diantara penyebab perubahan iklim, selain dari pada faktor alam itu sendiri (el nino misalnya).
Perubahan iklim sudah dirasakan juga oleh nelayan setempat, berdasarkan akreditasi salah seorang nelayan dedesen depik, bahwa pada tahun ini hingga dengan selesai bulan Agustus hanya beberapa kali saja ikan depik beruaya naik ke sungai-sungai, hal ini disebabkan lantaran intensitas dan curah hujan yang sangat kurang. Menurutnya, berdasarkan pengalaman bulan Agustus ini sudah masuk animo penghujan, pengalaman tahun kemudian puncak ruaya terjadi pada bulan Agustus. Keadaan kini sulit diprediksi, pak! begitu cetusnya. Keenganan depik beruaya boleh jadi disebabkan lantaran animo penghujan yang belum datang atau bahkan lantaran mereka tersesat dan tidak bisa menemukan jalan pulang, jawaban pencemaran air danau.
Nelayan jaring juga mengeluhkan hal yang sama, sangat sedikit ikan depik yang tertangkap bahkan ada diantara mereka yang mengistirahatkan perahunya meralih menjadi petani kebun. Hal ini juga mengisyaratkan bahwa memang populasi depik secara umum sudah semakin berkurang.
Solusi Pemecahan Masalah
IUCN telah memutuskan bahwa ikan depik ini masuk dalam The Red List of The Threatened Species, bagaimana tindakan kita selanjutnya? apakah hanya cukup masuk daftar merah saja dan cukup Danau Laut Tawar dikenal diseluruh dunia saja? sementara kita tidak berbuat apa-apa, hanya menunggu ikan ini punah!. Ibarat kata pepatah, lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali, oleh lantaran itu pada kesempatan ini kami ingin mengajukan beberapa langkah antisipasi yang mungkin sanggup ditempuh:
1. Pemerintah daerah tolong-menolong pihak perguruan tinggi tinggi perlu segera melaksanakan kajian yang konprehensif perihal ikan ini semoga sejarah hidupnya (life history) sanggup diketahui dan didokumentasikan dengan baik. Selain kajian dari aspek biologi ikan depik itu sendiri, kajian ekologi danau juga perlu dilakukan untuk mengetahui berapa daya dukung danau (carrying capacity), mengidentifikasi kawasan-kawasan yang boleh dan tidak untuk pengembangan budidaya dst.
2. Mengidentifikasi dimana daerah pemijahan dan kapan waktu pemijahannya terjadi sehingga sanggup ditetapkan sebagai daerah terlarang dan dilindunggi dengan undang-undang (Sanctuary atau Lake Protection Area, LPA), dimana masyarakat dihentikan menangkap ikan depik pada daerah tersebut pada waktu tertentu sehingga induk-induk ikan sanggup memijah dengan baik tanpa terusik dengan dedesen atau mata jaring. Jika daerah yang telah diidentifikasi ini telah dikuasai oleh masyarakat, maka pemerintah perlu membebaskannya. LPA sanggup mengadopsi prinsip-prinsip dasar dari Marine Protection Area (MPA) yang dilaporkan telah sukses dibeberapa tempat. Yang perlu diingat yaitu proteksi daerah ini yaitu bersifat integrated and comprehensive antara daerah air (aquatic) and daerah darat (terrestrial), dengan melibatkan semua stakeholder (yang berkepentingan), dan bentuk management yang mungkin sanggup diterapkan yaitu community based management (manajemen yang berdasiskan masyarakat).
3. Menata kembali kebijakan tata kota, membatasi santunan izin tempat wisata di sekitar danau Danau Laut Tawar, mengawasi aktifitas hotel terutama dalam hal penanganan limbah semoga tidak dibuang eksklusif ke danau. Memperbaiki sistim drainase kota sehingga tidak menjadikan danau sebagai “tong sampah” Kota Takengon.
4. Pemda tolong-menolong dengan DPRD dan Perguruan Tinggi menyusun qanun perihal ekploitasi dan konservasi danau yang menunjukkan kekuatan aturan khususnya bagi penetapan Lake Protection Area, pengembangan perjuangan budidaya, wisata atau tata kota secara detail.
Yang terpenting dari kesemua itu yaitu bagaimana kita meningkatkan kesadaran pemerintah daerah dan masyarakat untuk menjaga karunia Allah SWT yang unik ini, semoga tetap lestari dan kita wariskan ke anak cucu kita. Dan ingat bahwa ikan depik hanya ada di Danau Laut Tawar, jikalau punah maka bukan hanya kita orang Aceh saja yang kehilangan akan tetapi seluruh masyarakat dunia akan rugi dan menyalahkan kita. Artinya bahwa Depik bukan hanya milik orang Aceh saja atau bahkan orang Gayo saja, akan tetapi milik seluruh masyarakat dunia, kekayaan alam bio nutfah ini merupakan aset dunia yang dititipkan pada kita orang Aceh untuk menjaganya. Marilah kita jaga amanah ini dengan sebaik-baiknya sehingga anak basuh kita tetap sanggup mencicipi enaknya pepes depik.
Sumber : Bulletin Leuser
(Penulis yaitu professor pada Fakultas Kelautan dan Perikanan, Unsyiah)