Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Jurnalistik Cetak, Radio, Televisi, Online, Dan Jurnalisme Foto

 Jurnalistik Radio dan TV disebut juga Jurnalistik Penyiaran  Pengertian Jurnalistik Cetak, Radio, Televisi, Online, dan Jurnalisme Foto
Pengertian Jurnalistik Lengkap: Jurnalistik Cetak, Jurnalistik Radio, Jurnalistik Televisi, Jurnalistik Online dan Jurnalisme Foto. Jurnalistik Radio dan TV disebut juga Jurnalistik Penyiaran (Broadcast Journalism).

Pengertian Jurnalistik

Menurut Asep Syamsul M. Romli dalam Kamus Jurnalistik (Simbiosa, 2010), jurnalistik yaitu kegiatan pengumpulan, penulisan, penyuntingan, dan publikasi informasi melalui media massa cetak, radio, televisi, dan internet (media online).

Pengumpulan informasi (news collecting, news gathering) yaitu proses peliputan yang mencakup observasi, wawancara, dan riset data.

Penulisan informasi (news writing) yaitu proses penulisan atau penyusunan naskah informasi dengan aliran unsur informasi 5W1H, piramida terbalik, tabiat pemberitaan, dan sudut pandang (angle) atas insiden yang diberitakan.

Penyuntingan informasi (news editing) yaitu penyuntingan naskah informasi sehingga layak cetak (fit to broadcast) dan layak siar (fit to broadcast) dengan memperbaiki segi redaksional dan substansial naskah yang sudah ditulis.

Publikasi informasi (news publishing) yaitu penyebarluasan informasi melalui media massa cetak, radio, televisi, dan online.

Menurut Assegaff (1983:9), jurnalistik yaitu kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis untuk surat kabar, majalah, atau terencana lainnya.

Menurut Roland E. Wolseley dalam Understanding Magazines (1969:3), jurnalistik yaitu pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemrosesan, dan penyebaran informasi umum, pendapat pemerhati, hiburan umum secara sistematik dan sanggup mendapatkan amanah untuk diterbitkan pada surat kabar, majalah, dan disiarkan di radio dan televisi (Mappatoto, 1993:69-70) .

Sejarah Jurnalistik

Berbagai literatur wacana sejarah jurnalistik senantiasa merujuk pada “Acta Diurna” pada zaman Romawi Kuno, masa pemerintahan kaisar Julius Caesar (100-44 SM).

“Acta Diurna” yaitu papan pengumuman (sejenis majalah dinding atau papan informasi sekarang). Media sejenis majalah dinding (mading) ini diyakini sebagai media jurnalistik pertama. Julius Caesar pun disebut sebagai “Bapak Pers Dunia”.

Sebenarnya, Caesar hanya meneruskan dan menyebarkan tradisi yang muncul pada permulaan berdirinya kerajaan Romawi. Saat itu, atas peritah Raja Imam Agung, segala kejadian penting dicatat pada “Annals”, yakni papan tulis yang digantungkan di serambi rumah. Catatan pada papan tulis itu merupakan pemberitahuan bagi setiap orang yang lewat dan memerlukannya.

Saat berkuasa, Julius Caesar memerintahkan biar hasil sidang dan kegiatan para anggota senat setiap hari diumumkan pada “Acta Diurna”. Demikian pula informasi wacana kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya.

Papan pengumuman itu ditempelkan atau dipasang di sentra kota yang disebut “Forum Romanum” (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum.

Berita di “Acta Diurna” kemudian disebarluaskan. Saat itulah muncul para “Diurnarii”, yakni orang-orang yang bekerja membuat catatan-catatan wacana hasil rapat senat dari papan “Acta Diurna” itu setiap hari, untuk para tuan tanah dan para hartawan.

Dari kata “Acta Diurna” inilah secara harfiah kata jurnalistik berasal yakni kata “Diurnal” dalam Bahasa Latin berarti “harian” atau “setiap hari.”

Kata "Diurnal" kemudian diadopsi kedalam bahasa Prancis menjadi “Du Jour” dan bahasa Inggris “Journal” yang berarti “hari”, “catatan harian”, atau “laporan”.

Dari kata “Diurnarii” muncul kata “Diurnalis” dan “Journalist” (wartawan).

Momentum sejarah jurnalistik berikutnya yaitu ditemukannya mesin cetak oleh Johannes Gutenberg. Dari mesin cetak inilah lahir surat kabar (koran) yang kemudian memunculkan jenis media massa cetak lainnya --tabloid dan majalah.

Dari proses percetakan ini pula muncul istilah pers (press) yang identik dengan jurnalistik. Menurut kamus bahasa, pers artinya:
  • usaha percetakan dan penerbitan
  • usaha pengumpulan dan penyiaran berita
  • penyiaran informasi melalui surat kabar, majalah, dan radio
  • orang yang bergerak dalam penyiaran berita
  • medium penyiaran berita, ibarat surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film.

Pengertian Jurnalistik Cetak

Jurnalistik cetak (print journalism) yaitu jurnalistik yang dilakukan di media massa cetak, yakni surat kabar, tabloid, dan majalah.

Jurnalistik cetak menampilkan informasi atau informasi dalam bentuk verbal dan visual.
  1. Verbal yaitu teks atau susunan kata, kalimat, dan paragraf yang efektif dan komunikatif untuk memberikan informasi. 
  2. Visual menunjuk pada kemampuan dalam menata, menempatkan, mendesain tata letak atau hal-hal yang menyangkut segi perwajahan (cover). 
Desain visual sangat penting dalam jurnalisme cetak lantaran informasi yang disajikan kepada khalayak, bukan saja harus benar, terang dan akurat melainkan juga harus menarik untuk membangkitkan minat dan selera baca.

Jurnalistik cetak yaitu bentuk jurnalistik pertama sebelum munculnya radio, televisi, dan
internet.

Dari segi format atau ukurannya, media massa cetak terbagi menjadi:
  1. Surat kabar atau koran -- dengan format dan ukuran kertas broadsheet, yakni media cetak berukuran surat kabar umum yang terbit harian. 
  2. Tabloid -- ukurannya setengah dari format broadsheet 
  3. Majalah -- dengan ukuran lebih kecil dari tabloid dan ukuran kertas lebih tebal yang biasa terbit sebulan sekali. 

Jurnalistik Radio

Jurnalistik berkembang dengan kehadiran media radio siaran (broadcast).  Menurut Ensiklopedi Indonesia, radio yaitu penyampaian informasi dengan memanfaatkan gelombang elektromagnetik bebas yang mempunyai frekuensi kurang dari 300 GHz.

Radio yang semula identik dengan musik, juga menyiarkan acara informasi (news program), bahkan belakangan memunculkan radio khusus informasi (news radio).

Dari situlah muncul istilah jurnalistik radio (radio broadcast journalism).

Menurut Asep Syamsul M. Romli dalam Broadcast Journalism (Nuansa, 2009), jurnalistik radio yaitu teknik atau proses pengumpulan (collecting), penulisan (writing), penyuntingan (editing), dan penyebarluasan (publishing) informasi melalui media radio siaran.

Berbeda dengan jurnalistik cetak yang menyajikan informasi dalam bentuk verbal (teks) dan visual, jurnalistik radio menyajikan informasi dalam bentuk bunyi (audio), sebagaimana ciri utama media radio,, yakni auditif (hanya bisa didengarkan, media audio, media dengar).

Karakteristik jurnalistik radio yang utama yaitu auditif, auditory, atau “untuk didengarkan” (for eyes only).

Dengan demikian, karya jurnalistik radio itu berupa bunyi (sound), yakni bunyi penyiar, reporter, dan narasumber berita.

Karena berupa suara, maka informasi yang ditulis oleh wartawan radio pun untuk “disuarakan” atau “diceritakan” (story telling).

Konsekuensinya, naskah informasi radio (radio news script, radio copy) harus ditulis dengan memakai bahasa tutur atau bahasa lisan, yaitu bahasa yang biasa dipakai dalam percakapan (obrolan) sehari-hari (conversational style).

Sebagai contoh, dalam bahasa tutur tidak dikenal istilah “dalam kurung” dan “garis miring”. Maka, naskah informasi radio pun harus menghindari tanda kurung dan tanda garis miring yang dalam bahasa tulis artinya “atau”.

Karena berupa bunyi pula, maka wartawan radio –lebih dikenal dengan sebutan “reporter radio”– mesti mempunyai bunyi bagus, minimal bunyi standar, layaknya penyiar radio, lantaran ia tidak hanya harus menulis naskah berita, tapi juga harus “bersuara” ketika melaksanakan laporan eksklusif (live report).

Dibanding dengan media cetak, radio mempunyai kelebihan yang tak bisa dicapai media cetak. Kelebihan tersebut di antaranya:
  • Lebih cepat penyajian berita/informasinya
  • Secara eksklusif memberikan berita/informasi
  • Auditif yang sifatnya memungkinkan pendengar radio menyebarkan imajinasinya sendiri. 
Karakteristik Jurnalistik Radio:
  • Auditif  -- untuk didengarkan, untuk telinga, untuk dibacakan atau disuarakan.
  • Spoken Language -- memakai bahasa tutur atau kata-kata yang biasa diucapkan dalam obrolan sehari-hari (spoken words).
  • Sekilas -- tidak bisa diulang, maka harus jelas, sederhana, dan sekali ucap eksklusif dimengerti.
  • Global -- tidak detail, tidak rumit. Angka-angka dibulatkan, fakta-fakta diringkaskan.
Produk Jurnalistik Radio

Berita atau informasi dalam jurnalistik radio dikemas dalam bentuk:
  1. Copy : Berita pendek, durasi 15-20 detik. Biasanya informasi penting, harus cepat diberitakan, disampaikan di sela-sela siaran (breaking news) atau acara reguler insert informasi (news insert) tiap menit 00 tiap jam misalnya. Berupa Straight News.
  2. Voicer : Laporan Reporter. Terdiri dari pengantar (cue) penyiar di studio dan laporan reporter di kawasan kejadian, termasuksound bite dan/atau live interview.
  3. Paket : Panjangnya 2-8 menit. Isinya paduan naskah berita, petikan wawancara (soundbite).
  4. Feature : Durasi 10-30 menit. Paduan antara berita, wawancara, ulasan redaksi, musik pendukung, dan rekaman suasana (wildtracking). Membahas tema tertentu yang mengandung unsur human interest. Bisa pula berupa dokumenter (documentary).
  5. Vox pop : Singkatan dari vox populi (suara rakyat). Berisi rekaman bunyi opini masyarakat awam wacana suatu dilema atau peristiwa.
Prinsip Penulisan Naskah Berita Radio:
  1. ELF – Easy Listening Formula : Susunan kalimat yang kalau diucapkan yummy didengar dan gampang dimengerti pada pendengaran pertama.
  2. KISS – Keep It Simple and Short : Hemat kata, tidak mengumbar kata. Menggunakan kalimat-kalimat pendek dan tidak rumit. Gunakan sesedikit mungkin kata sifat dan anak kalimat (adjectives).
  3. WTYT – Write The Way You Talk : Tuliskan sebagaimana diucapkan. Menulis untuk “disuarakan”, bukan untuk dibaca.
  4. Satu Kalimat Satu Napas : Upayakan tidak ada anak kalimat. Sedapat mungkin tiap kalimat bisa disampaikan dalam satu napas.
Teknis Penulisan Naskah Berita Radio:
  1. Spoken Words : Pilih kata-kata yang biasa diucapkan sehari-hari (spoken words), e.g. jam empat sore (16.00 WIB), 15-ribu rupiah (Rp 15.000), dll.
  2. Sign-Posting : Sebutkan jabatan, gelar, atau keterangan sebelum nama orang. Atribusi/predikat selalu mendahului nama, e.g. Ketua dewan perwakilan rakyat –Agung Laksono— mengatakan…
  3. Stay away from quotes : Jangan gunakan kutipan langsung. Ubah kalimat eksklusif menjadi kalimat tidak langsung, e.g. Ia menyampaikan siap memimpin demo (“Saya siap memimpin demo,” katanya).
  4. Avoid abbreviation : Hindari singkatan atau akronim, tanpa menjelaskan kepanjangannya lebih dulu, e.g. Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Negeri –BEM UIN—Bandung menggelar… (Ketua BEM UIN Bandung –Fulan—mengatakan…).
  5. Subtle repetition : Ulangi secara halus fakta-fakta penting ibarat pelaku atau nama untuk memudahkan pendengar memahami dan mengikuti alur cerita, e.g. Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono mengatakan… Menurut Presiden…. Kepala Negara juga menegaskan….
  6. Present Tense : Gunakan perspektif hari ini. Untuk unsur waktu gunakan kata-kata “kemarin”, “hari ini”, “besok”, “lusa”, bukan nama-nama hari (Senin s.d. Minggu). Mahasiswa UIN Bandung melaksanakan agresi demo hari ini… Besok mereka akan melanjutkan agresi protesnya…
  7. Angka. Satu angka (1-9) ditulis pengucapannya. Angka 1 ditulis “satu” dst. Lebih dari satu angka, ditulis angkanya. Angka 25 atau 345 jangan ditulis: duapuluh lima, tigaratus empatpuluh lima. Angka ratusan, ribuan, jutaan, dan milyaran, sebaiknya jangan gunakan nol, tapi ditulis: lima ratus, depalan ribu, 15-juta, 145-milyar.
  8. Mata uang : Ditulis pengucapannya di belakang angka, e.g. 600-ribu rupiah (Rp 600.000), 500-ribu dolar Amerika Serikat (US$ 50.000).
Tanda Baca Khusus Naskah Berita Radio:
  1. Dash : Tanda garis pisah (–) untuk sebelum nama atau kata penting atau butuh penekanan.
  2. Punctuation : Tanda Sengkang, yaitu gejala pemenggalan (-) untuk memudahkan pengucapan singkatan kata yang dieja. M-U-I, B-A-P, W-H-O, P-U-I, dsb
  3. Garis Miring (Slash): garis miring satu (/) sebagai pengganti koma atau sebagai tanda jeda untuk ambil nafas, garis miring dua (//) untuk ganti titik, dan garis miring tiga (///) untuk final naskah. 
Jenis-Jenis Program Berita Radio (News Program)
  1. Buletin (Paket berita) : Berisi rangkaian berita-berita terkini (copy, straight news) –bidang ekonomi, politik, sosial, olahraga, dan sebagainya; lokal, regional, nasional, ataupun internasional. Durasi 30 menit atau lebih.Durasi bisa lebih usang kalau diselingi lagu dan “basa-basi” siaran ibarat biasa.
  2. News Insert ; Insert berita.Berisi info faktual berupa Straight News atau Voicer. Durasi 2-5 menit bergantung panjang-pendek dan banyak-tidaknya informasi yang disajikan. Biasanya disajikan setiap jam tertentu. Bisa berupa breaking news, disampaikan penyiar secara khusus di sela-sela siaran non-berita.
  3. Majalah Udara : Berisi straight news, wawancara, obrolan interaktif, feature pendek, dokumenter, dan sebagainya.
  4. Talkshow : Dialog interaktif atau wawancara eksklusif (live interview) di studio dengan narasumber, atau melalui telepon.

Jurnalistik Televisi

Kehadiran televisi membuat jurnalistik pun bermetamorfosis jurnalistik televisi. Jurnalistik TV yaitu praktik pemberitaan di media siaran televisi, sebagaimana halnya pemberitaan di media radio.

Jurnalistik Televisi dan Radio disebut juga Jurnalisme Penyiaran (Broadcast Journalism) dan Jurnalisme Elektronik (Electronic Journalism).

Televisi merupakan media komunikasi dan informasi berupa bunyi (audio) dan gambar (visual). Karenanya TV disebut media audio-visual atau media video yang bisa didengar dan dilihat.

Istilah "televisi" berasal kata dari bahasa Yunani tele (jauh) dan bahasa Latin vision (penglihatan),. Televisi berfungsi sebagai peserta siaran gambar bergerak serta suara.

Televisi merupakan hasil produk teknologi tinggi yang memberikan isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak kepada khalayak.

Jadi, jurnalistik televisi merupakan perpaduan media komunikasi gambar (visual) dan bunyi (audio).

Penulisan Naskah Berita Televisi

Teknis penulisan naskah informasi televisi sama dengan jurnalistik radio, seperti:

  • Menggunakan bahasa sehari-hari (bahasa tutur)
  • Menggunakan kalimat-kalimat pendek
  • Satu kalimat satu ide
  • Membatasi narasi atau informasi hanya pada satu tema utama.

Format Berita TV

  1. Reader (RDR) 
  2. Reader-Graphics (RDR-GRAP) 
  3. Reader Sound and Tape (RDR-SOT)
  4. Voice Over (VO)
  5. Life on Tape (LOT)
  6. Live Report 
  7. VO Tanpa Narasi

Keunggulan Jurnalistik TV

Sebagai media "media pandang sekaligus media dengar (audiovisual)", televisi mempunyai keunggulan: 
  1. Dapat menyajikan informasi dengan menampilkan pendapat narasumber secara langsung/orisinal. 
  2. Menyahikan informasi dalam format audio-visual (video)
  3. Lebih memberi warna terhadap informasi yang disajikan
  4. Mengutamakan gambar atau insiden yang di rekam oleh kamera sehingga lebih sanggup dipahami dan tidak monoton.
Jenis-jenis Berita Jurnalistik Televisi

Pada umumnya informasi sanggup dikategorikan menjadi empat belahan yaitu :
  1. Hard News (berita berat) merupakan informasi wacana insiden yang dianggap penting bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok maupun organisasi.
  2. Soft News (berita ringan) merupakan informasi yang tidak terikatdengan aktulaitas namun mempunyai daya tarik bagi pemirsanya. Berita ini sering kali juga disebut dengan feature.
  3. Investigative Reports atau disebut juga laporan penyelidikan (investigasi) merupakan jenis informasi yang ekslusif. Datanya tidak bisa diperoleh di permukaan, tetapi harus menurut penyelidikan.
  4. Wawancara Udara (Interview on the Air).
Jenis informasi wawancara udara sedang digandrungi. Meskipun penonton televise hanya bisa mendengarkan bunyi dari narasumbernya, beritanya lebih factual lantaran eksklusif dari narasumbernya. Pemberitaan semacam ini yaitu wawancara yang dilakukan antara pewawancara (interviewer) dengan terwawancara (interviewee).

Jurnalistik Online

Menurut Asep Syamsul M Romli dalam buku Jurnalistik Online (Nuansa, 2012), jurnalistik online (online journalism) merupakan jurnalisme generasi ketiga sehabis jurnalistik cetak dan penyiaran. Jurnalistik online disebut juga jurnalisme daring (dalam jaringan), jurnalisme internet, jurnalisme web, dan jurnalistik digital.

Per definisi, jurnalistik online yaitu jurnalisme yang dilakukan melalui internet. Medianya disebut media online, media siber, atau situs berita.

Menurut Paul Bradshaw, ada lima prinsip dasar jurnalistik online, yang disingkat dengan BASIC, yaitu Brevity – Adaptabillity – Scannabillity – Interactivity – Community.

1. Brevety (Ringkas)
Tulisan harus dibentuk seringkas mungkin, tidak panjang dan bertele – tele. Sebaiknya goresan pena panjang, diringkas menjadi beberapa goresan pena pendek biar sanggup dibaca dan dipahami dengan cepat. Istilah umumnya, Keep It Short and Simple (KISS).

2. Adaptabillity
Dalam menyajikan berita/ informasi, jurnalis harus bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi di bidang komunikasi. Makara bukan hanya menulis berita, jurnalis jug dituntut untuk bisa menyajikan informasi dengan keragaman cara penyajian. 

Bukan hanya tulisan, tapi juga disertai dengan gambar, atau bisa juga disajikan dalam format video atau suara. Jurnalis harus bisa menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan preferensi pembaca.

3. Scannabillity (dapat dipindai)
Situs/ laman web jurnalisme dituntut untuk mempunyai sifat sanggup dipindai, untuk memudahkan penbaca. Sebab sebagian besar pengguna situs tersebut melaksanakan pencarian secara spesifik, dengan memindai halaman web. 

Pembaca akan mencari informasi utama, subheading, link, dll untuk membantu menavigasi text, sehingga tidak perlu melihat monitor dalam waktu yang lama. Oleh lantaran itu penentuan judul informasi sangat pentig dalam menarik minat pembaca, terutama dua kata pertama pada judul.

4. Interactivity (interaktivitas)
Pembaca dibiarkan menjadi pengguna, dalam artian menunjukkan keleluasaan pada pembaca untuk menunjukkan tanggapan, atau komunikasi lainnya pada jurnalis melalui laman situs tersebut. 

Dengan begitu pembaca akan merasa bahwa dirinya dilibatkan dan dihargai, sehingga mereka semakin merasa bahagia membaca situs tersebut.

5. Community and Conversation (komunitas dan percakapan)
Pembaca media online tidak hanya bersifat pasif dalam membaca berita, ibarat ketika membaca informasi pada koran atau menonton televisi. Media Online memungkinkan pengguna untuk melaksanakan percakapan – percakapaan pendek untuk menanggapi isi berita, contohnya melalui kolom komentar. Sebagai timbal baliknya, jurnalis juga harus menanggapi interaksi dari pembaca tersebut, sehingga tercipta komunitas dan percakapan di dalamnya.
Karakteristik Jurnalistik Online
Berikut beberapa karakteristik jurnalisme online:

1. Audience Control
Dalam jurnalistik online, audiens (pembaca, pengguna, atau pengunjung situs) diberi keleluasaan untuk menentukan berita/ informasi yang diinginkannya sendiri. Dengan begitu audiens sanggup terlibat eksklusif untuk menentukan urutan bacaan dari mana kemudian ke bacaan mana.

2. Immediacy
Dalam jurnalistik online, setiapkali informasi di posting, maka informasi itu akan eksklusif bisa diakses, dibaca oleh audiens dari seluruh dunia. Waktu yang diharapkan untuk memberikan informasi tersebut jauh lebih cepat dibandingkan media konvensional yang memerlukan proses pencetakan dan pengiriman ibarat Koran. Informasi/ informasi tersebut juga sanggup eksklusif diakses oleh penggunanya, tanpa perlu perantaraan pihak ketiga.

3. Multimedia Capability
Media online memungkinkan jurnalis memakai banyak sekali cara dalam penyajian berita. Berita sanggup disajikan dalam bentuk teks, suara, gambar, video, atau komponen lainnya sekaligus.

4. Nonlienarity
Berita-berita yang disajikan oleh jurnalistik online bersifat independen. Setiap informasi sanggup berdiri sendiri, sehingga audiens tidak harus membaca seluruh rangkaian informasi secara berurutan untuk sanggup memahami isi berita.

5. Storage and retrieval
Media online memungkinkan karya para jurnalis online tersimpan secara “abadi” sehingga audiens sanggup dengan gampang diakses kembali kapanpun audiens mau. Jika ingin, audiens juga sanggup menyimpannya sendiri.

6. Unlimited Space
Dalam jurnalistik online, ruang bukan masalah. Halaman (page) kawasan Informasi/ informasi disajikan tak terbatas ukuran serta jumlah, sehingga artikel sanggup dibentuk sepanjang dan selengkap mungkin untuk memenuhi kebutuhan pengguna.

7. Interactivity
Jurnalistik online memungkinkan terjadinya interaksi eksklusif antara audiens dengan berita/ informasi yang dibaca, termasuk juga redaksi (wartawan), ibarat melalui kolom komentar atau sosial media.

Jurnalistik Foto

Jurnalistik Foto (Photo Journalism) yaitu acara jurnalistik berupa fotografi, pemotretan, atau pengambilan gambar.

Jurnalistik foto menghasilkan gambar yang bernilai informasi yang disebut foto jurnalistik, foto informasi (foto bernilai berita), atau informasi foto (berita berbentuk foto).

Situs photography.com mendefinisikan jurnalistik foto sebagai “wilayah fotografi yang didedikasikan untuk mengambil gambar yang akurat dari sebuah insiden aktual” (an area of photography dedicated to taking accurate shots of current events).

Jurnalisme foto yaitu bentuk khusus jurnalisme yang memakai gambar untuk menceritakan sebuah peristiwa.

Jurnalistik foto berbeda dengan foto jurnalstik. Jurnalistik foto yaitu "ilmunya" atau prosesnya, sedangkan foto jurnalistik yaitu "hasilnya" atau produknya. 

Menurut Guru Besar Universitas Missouri, AS, Cliff Edom, jurnalistik foto adalah paduan antara gambar (foto) dan kata.

Selain gambarnya, foto jurnalistik juga harus didukung dengan kata-kata yang terangkum dalam kalimat yang disebut dengan teks foto atau caption, dengan tujuan untuk menjelaskan gambar dan mengungkapkan pesan atau berita.

Jika tanpa teks foto maka sebuah foto hanyalah gambar yang bisa dilihat tanpa bisa diketahui apa informasi di baliknya.

Clifton Edom dalam Photojornalism, Principles and Practices menyebutkan, seorang pewarta foto yaitu seorang wartawan. Mereka harus memotret eksklusif di jantung peristiwa. Mereka tidak bisa membuat suatu foto dengan hanya mengangkat telepon.

Mereka yaitu mata dunia dan selalu harus bisa melihat dari bersahabat apa yang terjadi dan melaporkannya.

Penyunting artistik senior di Fittburg Press, Bruce Baumann, menyebutkan, hal terpenting bagi seorang pewarta foto yaitu berpikir bahwa ia yaitu seorang wartawan, yang kedua gres ia bertindak sebagai seorang fotografer.

Dalam buku Photojournalism, The Visual Approach, Frank P Hoy menyebutkan, ada tiga jenjang yang baik sebagai basis seseorang yang akan menentukan berkecimpung menjadi wartawan foto:
  1. Snapshot (pemotretan sekejap), yaitu pemotretan yang dilakukan dengan cepat lantaran melihat suatu momen atau aspek menarik. Pemotretan ini dilaukan dengan impulsif dan reflek yang kuat. Jenjang pertama ini masih menyangkut pendekatan yang lebih pribadi.
  2. Fotografi sebagai hobi. Dalam tahapan ini fotografer mulai menekankan faktor eksperimen dalam pemotretannya, tidak hanya sekedar melaksanakan snapshot saja. Dalam tahap ini biasanya fotografer mulai tertarik lebih jauh pada hal-hal yang menyangkut fotografi.
  3. Art photography (fotografi seni), suatu jenjang yang lebih serius. Berbagai subjek pemotretan dilihat dengan interpretasi yang luas. Ekspresi subjektif terlihat dalam karya-karya pada tahapan ini. Kejelian, improvisasi, kreasi dan kepekaan terhadap subyek menjadi basis pada jenjang ini.

Photojournalism berada pada tahap selanjutnya. Artinya, dalam mengemban profesi tersebut, seorang pewarta foto dianjurkan menguasai dengan fasih ketiga jenjang yang telah disebutkan.

Jurnalistik foto yang mempunyai nilai informasi atau menjadi informasi itu sendiri, melengkapi suatu informasi dan dimuat dalam suatu media.

Foto jurnalistik --hasil jurnalistik foto-- harus didukung oleh caption yang berisi klarifikasi dari foto.

Menurut Wilson Hick redaktur senior majalah ’Life’ (1937-1950) dalam buku World and Pictures, foto jurnalistik yaitu media komunikasi verbal dan visual yang hadir bersamaan.

Menurut Henri Cartier-Bresson, pendiri distributor foto terkemuka di dunia dengan teorinya Decisive Moment, foto jurnalistik yaitu berkisah dengan sebuah gambar, melaporkannya dengan sebuah kamera, merekamnya dalam waktu, yang seluruhnya berlangsung seketika ketika suatu gambaran tersembut mengungkap sebuah cerita.

Menurut Oscar Motulohm, fotografer professional, foto jurnalistik yaitu suatu medium sajian informasi untuk memberikan bermacam-macam bukti visual atas banyak sekali insiden kepada masyarakat seluas-luasnnya secara cepat.

Foto-foto yang dihasilkan oleh para wartawan foto, ibarat yang ada di media massa, yaitu pers foto, foto berita, yang penekanannya pada perekaman fakta otentik. Misalnya, foto yang menggambarkan kebakaran, kecelakaan, pengusuran, dll. Foto-foto itu, ingin menceritakan sesuatu yang akan membuat orang menunjukkan feed back dan bertindak.

Sebagaimana halnya sebuah berita, foto jurnalistik juga mempunyai pesan yang terang dari sebuah peristiwa.

Demikian Pengertian Jurnalistik Cetak, Radio, Televisi, Online, dan Jurnalisme Foto. (www.baticmedia.com).*


Sumber https://www.baticmedia.com/