Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jppr Sumut Menilai Jikalau Jelang Pemilu Harus Diberdayakan Nalar Sehat

Manejer Pemantau JPPR Sumut, Samsul Halim Ritonga 
Mediaapakabar.com-Manager Pemantauan JPPR Sumut menyikapi dan menelisik proses pemilu Bullying yang menjadi santapan enak bagi seseorang untuk kepentingan diri dan mainan dalam menghakimi seseorang atau lembaga. 

Demikian Samsul Halim Ritonga, selaku Menejer Pemantauan JPPR Sumut dalam goresan pena yang disampaikan pada redaksi mediaapakabar.com di Medan, Senin (14/1/2019).


Dalam tulisannya itu, ia menuangkan, mau dibilang apa jikalau fikiran dan logika yang mahal ini tidak diberdayakan sama sekali. " Lihatlah berapa banyak konten negatif yang bergentayangan di media sosial," katanya. 

Ada yang menciptakan mimik gambar,tulisan atau bahkan video. Mungkin tidak banyak yang menciptakan video alasannya ialah untuk satu ini butuh kreatifitas lebih. " Mari kita lihat isu kepemiluan yang dibentuk oleh orang-orang "nakal" ini," imbuhnya. 



Pertama, "Orang asing diajak Nyoblos"

Orang yang menciptakan konten ini yang asing atau sedang ingin menjadi orang gila,bisa saja. Tidak bisakah sedikit saja bertanya pada penyelenggara, penerima pemilu atau bertanya pada forum pemantau pemilu yang meluangkan lebih waktunya untuk memantau tahapan penyelenggaraan.

" Saya dapat memastikan mereka akan memberi pencerahan ihwal pertanyaan "gila" itu.," ucapnya.  

Jika memang orang asing yang berkeliaran di jalanan itu yang didata, mungkin KPPS akan minta upah lebih pada negara untuk menyuap pemilih asing itu dengan permen atau mainan bawah umur supaya mereka tidak buat onar. 

" Kan mana mungkin petugas TPS bermain petak umpet di kotak pencoblosan," tanyanya. 

Kedua,"(K)otak Kardus"

Dalam goresan pena tersebut ia juga menjelaskan ihwal kotak kardus. Apakah Penyelenggara Pemilu dalam hal ini KPU akan menyambangi toko sembako untuk mengumpulkannya dan disimpan untuk dipakai pada dikala tiba pemungutan suara. 

Seperti (kontraktor) rumah mengemas pakaiannya untuk pindah ke kontrakan baru. " Mudah-mudahan perkiraan ini tidak pernah ada difikiran mereka yang jadi korban si pembully itu," pintanya. 

Kalau ihwal ini mungkin sangat teknis,pemantau dapat saja kurang mengerti banyak ihwal kardus. 
Yang niscaya mereka tidak akan sibuk mengumpulkan kardus dan menghibahkannya pada KPU.

Ketiga,"7 (tujuh) kontainer surat bunyi tercoblos" 

Dalam poin ketiga tulisannya, ialah terlucu dan terdungu diantara semua. Daftar Pemilih Tetapnya (DPT) saja belum selesai, tiba saja surat suaranya sudah ada plus tercoblos pula. 

" Ini lawakan yang sangat menjengkelkan. Mengapa tidak sekalian buat Hoax yang menciptakan masyarakat tersenyum lebar," jelasnya. 

Menurutnya, dengan menciptakan isu bohong bahwa telah ditemukan Surat bunyi didatangkan dari luar negeri oleh Kampret melalui udara pada malam hari atau ditemukan jutaan surat bunyi tercecer bergambar Cebong yang sedang berdansa. " Pasti akan lebih lucu kali bukan?," tukasnya. (zih)