Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Beberapa Penyebab Paper Ditolak Oleh Jurnal Internasional Dan Antisipasinya

By Z.A. Muchlisin

Assalamualaikum para pembaca, berikut ini saya uraikan secara ringkas beberapa penyebab paper ditolak oleh suatu jurnal dan langkah antisipasinya. Untuk dipahami bahwa suatu jurnal yang baik proses reviewnya sangat ketat dan rigit, hanya paper yang kualitasnya diatas rata-rata saja yang lolos, hal ini disebabkan lantaran jumlah paper yang diterbitkan lebih sedikir daripada paper yang diterima. Dengan kita mengetahui apa penyebab banyak paper yang ditolak maka diharapkan kita sanggup mengantisipasinya, berdasarkan saya  berikut ini yaitu hal-hal yang paling umum dan sering terjadi paper ditolak karena:

1. Tidak sesuai format, umumnya suatu jurnal ada 2 kali proses review, yang pertama yaitu internal review yang dilakukan oleh editor, salah satu hal yang dilihat yaitu formatnya, kalau tidak sesuai format maka akan eksklusif ditolak. Oleh karea itu wajib hukumnya membaca petunjuk penulisan/penyiapan naskah, atau sekurangnya dengan cara mempedomani atau melihat/mendowanload satu paper yang terbit di volume dan issue terakhir sebagai pola kita.

2. Topik  tidak sesuai (scope dan audien), pastikan jurnal yang kita pilih ini memang berkenaan dengan topik yang kita tulis, contohnya paper kita membahas wacana perikanan, tapi jurnal yang kita pilih wacana primata atau moluska misalnya. Topic and scope of the journal biasanya sanggup kita baca di About the journal, atau kadang juga dijelaskan di panduan penulisan (Author Guideline). Jika ini terjadi biasanya paper kita tidak akan lolos internal review oleh editor dan tidak dikirimkan ke reviewer. Masalah lain dengan Scope yaitu topik yang diangkat isunya telalu lokal sehingga tidak sesuai untuk audien global, nah ini antisipasinya bisa kita lakukan dengan memperkuat pada rumusan duduk kasus bahwa paper ini hanya sebagai model artinya tanda-tanda dan situasi yang sama juga akan terjadi ditempat lain (studi kasus), cara yang lain yaitu dengan mengutip/menggunakan referensi-referensi dari jurnal internasional, artinya kita membandingkan masalah yang ada di kawasan kita dengan masalah yang serupa contohnya di Jepang, Rusia, Prancis  atau di negara lainnya, tentu ini harus dengan dukungan rujukan yang memadai dan berkualitas.

3.  Bahasa tidak memenuhi standar minimum,  journal internasional umumnya ditulis dalam bahasa resmi di PBB, yaitu Inggris, China, Arab, Prancis dan Rusia, namun demikian umumnya sebagian besar journal internasional ditulis dalam Bahasa Inggris. Oleh lantaran itu paper yang dikirimkan ke jurnal internasional haruslah sudah memenuhi kaedah-kaedah bahasa yang baik baik dari segi gaya bahasa (sentence nya), grammar maupun spelling. Namun bagi anda yang penguasaan Bahasa Inggrisnya pas-pasan jangan khawatir ketika ini banyak penyedia kemudahan translasi dan proofreading baik yang online maupun offline. Proses translasi biasanya dilakukan oleh orang yang sebidang sedangkan proofread bisa dilakukan oleh siapa saja native speaker atau profesional lainnya. Biaya translasi biasanya lebih mahal berbanding proofread, hitungannya bisa per halaman atau per kata. Pengalaman saya secara pribadi, kalau paper telah disiapkan dengan dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar, terperinci SPOK nya, maka software transtool (misalya google translate dan grammarly) akan sangat membantu.

Pengalaman saya menggunakannya dengan cara: Pertama: lakukan translasi dulu naskah dalam dari Bahasa Indonesia ke Inggris, caranya yaitu menciptakan dulu resume dari setiap paragrap dengan bahasa Indoesia yang baku, sehabis itu lakukan translasi semampu anda bisa (untuk tujuan ini kemampuan Bahasa Inggris rata-rata harus dimiliki, berdasarkan saya penulis dengan TOEFL 470-500  sudah bisa melakukannya), sehabis itu copy pastekan ke transtool versi Inggris tsb ke Bahasa Indonesia (ini cara terbalik yang biasa saya gunakan, saya jarang mentranlasi eksklusif dari Indonesia ke Inggris lantaran saya nilai banyak tidak benarnya, bahasanya kacau, disinilah pentingnya pengetahuan bahasa Inggris diperlukan), sehabis itu baca kembali hasil translasi ke Bahasa Indonesia nya, apakah sudah sesuai maknanya, kalau belum lakukan koreksi pada versi Englishnya hingga translasi ke Bahasa Indonesia sudah benar berdasarkan kita.    Setelah semua selesai, maka proses selanjutnya cek grammar dan spellingnya dengan grammarly (www.grammarly.com) software online gratis (tapi anda harus register terlebih dahulu).

Setelah semua diperbaiki, maka langkah selanjutnya yang harus kita lakukan yaitu mengirimka draft naskah tersebut kepada pihak ketiga, contohnya mantan pembimbing, kolega yang orang asing, atau yang paling baik yaitu kepada professional proofreader. Ada banyak penyedia kemudahan tersebut di internet atau mintalah rekomendasi rekan sejawat, biaya proofread berkisar 100-300 USD untuk artikel sepanjang 3000-5000 kata. Namun bagi anda yang TOEFLnya sudah 677 mungkin pinjaman tersebut tidak diharapkan lagi ya he...! (bisa menghemat biaya tentunya...)

4. Novelty (kebaruan) tidak ada, atau kita gagal menyakinkan reviewer paper kita mengandung kebaruan. Untuk mengantisipasinya saran saya kita secara tegas harus berani menyatakan "this is the first report on the .......",  atau  atau sekurangnya kita harus menyatakan bahwa "penelitian wacana .....belum pernah dilakukan, hal ini penting lantaran .......dst". Tentu sebelum statement ini kita keluarkan kita harus menciptakan dan menyajikan dulu state of the arts dan gap dari duduk kasus yang kita sajikan. State of the arts bermakna kita harus mengungkapkan, mengupas dan mensitasi semua penelitian sejenis yang pernah dilaporkan sebelumnya, mulai dari awal (yang pertama terbit) hingga yang terbaru. State of the arts mengacu kepada dua hal, yaitu subject penelitian dan object penelitian.

5. Plagiarisme, jurnal yang baik biasanya punya sistim atau soffware untuk mendeteksi naskah yang masuk, sehingga dengan gampang akan terdeteksi dugaan plagiasi, ini sanggup diindikasikan dengan nilai % similarity nya, namun yang harus diingat bahwa tidak semua paper yang similaritynya tinggi bermakna paper tersebut niscaya mengangdung unsur plagiarisme, tentu tidak demikian, perlu pendalaman lebih lanjut untuk menyimpulkannya.

Oleh lantaran itu sangat dianjurkan semoga kita mengujinya terlebih dahulu sendiri sehingga kalau ditemukan kata-kata  atau susunan kata-kata yang menyerupai sanggup kita perbaiki dengan melaksanakan paraphrase. Beberapa software yang umum digunakan yaitu Turnitin dan iThenticate, namun sayang keduanya berbayar, Alhamdullilah universitas kami Universitas Syiah Kuala telah 2 tahun melanggan Turnitin dan sangat membantu dosen dan editor jurnal. Namun software online yang gratisan juga banyak di internet walau ketelitiannya kurang, namun sekurangnya sudah ada upaya dari kita untuk mengatasi duduk kasus tersebut.

5. Miskin Referensi, duduk kasus yang sering jumpai pada artikel yang ditulis oleh pemula yaitu rujukan yang mereka pakai miskin baik dari segi jumlah maupun kualitas. Penyebabnya yaitu malas mencari dan membaca jurnal sehingga merasa cukup dengan rujukan seadanya saja dan umumnya berasal dari jurnal lokal yang berbahasa Indonesia (bukan berarti semua jurnal lokal tidak berkualitas, ada juga jurnal berbahasa Indonesia yang manis lho...misalnya DEPIK he...he..promosi...tidak percaya?!  nah sebagai bukti , artikel jurnal Depik sudah disitasi dan diterbitkan oleh jurnal Scopus sebanyak 23 kali, dilihat disini:


dan secara total jurnal DEPIK telah disitasi sebanyak 251 kali dengan H index 7, lihat  klik disini:

Menurut saya kalau satu paper yang akan kita kirimkan ke jurnal internasional sekurangnya harus mempunyai rujukan dari sumber primer (jurnal) paling tidak 80%, dan 80% darinya itu yaitu dari jurnal internasional bereputasi.

6. Kualitas data rendah, contohnya jumlah parameter yang tidak mencukupi atau ulangannya kurang, analisis data yang kurang tepat.  Hal ini mungkin disebabkan lantaran rancangan penelitiannya yang kurang bagus. Hal ini diketahui biasanya sehabis direview, kalo ini yang terjadi tidak ada obatnya he...terpaksa penelitian harus diulang atau pindah ke jurna lain yang mau mendapatkan data yang demikian. Oleh lantaran itu sebaiknya memang pada ketika merancang penelitian semoga dipedomani atau melihat pola di paper dari jurnal dengan topik sejenis, di paper tersebut data apa saja yang disajikan, bagaimana data tersebut diperoleh dan bagaimana dan analisis apa yang dipakai, kalau anda sanggup memenuhi sekurangnya menyerupai jurnal yang telah tersebut tersebut Inshallah peluang diterima akan semakin tinggi.

Semoga bermanfaat,  jangan lupa kalau suka Click Like, Follow and share untuk mengikuti tip lainnya dari kami