Transistor
Terdapat beberapa kelas transistor. Kelas transistor yang akan dibicarakan di dalam topik ini ialah yang dikenal dengan sebutan transistor npn silikon. Jenis transistor ini dikenal jugasebagai transistor bipolar (bipolar junction transistor), atau BJT,kita tidak akan membahas alasan proteksi nama-nama ini, dan anda tidak perlu mengingat semua yang disebutkan di atas, cukup ‘BJT’ saja.
Transistor-transistor dari kelas BJT, yang diuraikan di dalam topik ini, ialah yang paling umum digunakan. Jenis transistor lain yang juga sering dijumpai ialah kelas MOSFET, yang akan di bahas di dalam Topik 24.
Semua transistor mempunyai tiga buah kaki terminal atau sambungan.
Transistor daya rendah dibuat dengan kemasan dari materi plastik atau logam. Kemasan transistor yang terbuata dari plastik mempunyai salah satu sisi permukaan yang berbentuk datar, sedangkan yang terbuat dari logam mempunyai sebuah tonjolan (tag) pada pinggiran bawahnya (rim). Fitur-fitur ini di maksudkan untuk membantu pemakai mengidentifikasikan kaki-kaki terminal.
Apabila dilihat dari arah bawah, kaki-kaki transistor akan nampak sebagaimana berikut ini, untuk sebagian besar (namun tidak semua) transistor daya-randah:
Simbol yang diperlihatkan paling kanan pada gambar di atas dipakai untuk mempresentasikan BJT di dalam diagram-diagram rangkaian. Terminal-terminalnya diberi label dengan huruf-huruf c, b, dan e, yang merupakan akronim dari kolektor (collector), basis (base), dan emitor (emitter).
Cara Kerja Transistor
Untuk memakai sebuah BJT, kita harus menyambungkannya sedemikian rupa sehingga:
- Terminal emitor BJT ialah terminal engan polaritas paling negatif.
- Terminal kolektro beberapa volt lebih aktual dibandingkan terminal emitornya.
- Terminal basis lebih aktual 0,7 V (atau sedikit lebih bsar dari nilai ini) daripada terminal emitornya.
- Arus yang relatif kecil mengalir menuju basis.
- Arus dengan nilai yang jauh lebih besar mengalir menuju kolektor.
- Arus basis dan arus kolektor mengalir keluar dri transistor melalui emitor.
Arus basis digambarkan dengan panah yang lebih tipis alasannya ialah nilai arus ini jauh lebih kecil dibandingkan arus kolektor atau arus emitor.
Saklar Transistor
Percobaan di atas menawarkan salah satu dari dua kegunaan terpenting transistor. Arus basis yang sangat kecil dan mensaklarkan arus kolektor yang berukuran jauh lebih besar.kita menyebut konfigurasi rangkaian semacam ini sebagai saklar transistor. Sebagai contoh, kita sanggup memakai arus kecil yang mengalir melewati sebuah sensor LDR untuk menyambungkan arus yang relatif lebih besar ke sebuah lampu filamen.
Berikut ini ialah rangkaian yang digunakan:
Bagian sensor LDR di atas terdiri dari sebuah rangkaian pembagi tegangan yang dibuat oleh resistor VR1 dan LDR. Sebuah resistor variabel dipakai semoga penyambungan arus sanggup diatur oleh tingkattingkat intensitas cahaya yang berbeda. Bagian saklar transistor terdiri dari resistor R1 dan transistor Q1. R1 akan membatasi besarnya arus yang diterima dari rangkaian pembagi tegangan. Arus menuju terminal kolektor Q1 tiba via lampu LP1, dan besarnya sekitar 60 mA.
Ketika LDR berada di bawah penerangan ruangan yang normal, VR1 harus diatur sedemikian rupa sehingga cahaya LDR padam. Ketika LDR ditempatkan di bawah bayang-bayang,nilai tahanannya akan semakin bertambah. Hal ini akan menimbulkan kenaikan tegangan pada LDR. Kenaikan tegangan pada LDR akan menimbulkan knaikan tegangan pada wiper VR1. Arus yang lebih besar akan mengalir menuju terminal basis Q1. Sebagai akibatnya, arus yang lebih besar juga akan mengalir melewati LP1 dan menuju terminal kolektor Q1. Lampu akan menyala.
Rangkaian dan Sistem
Rangkaian saklar dalam percobaan di atas merupakan sebiah sistem tiga tahap:
Kita masih akan menciptakan beberapa sistem lainnya yang mempunyai pola semacam ini.