Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

7 Jasad Pun Tak Damai Dan Makamnya Harus Dibongkar Dari Kubur Jawaban Keganasan Politik

Makam dibongkar gara-gara beda pilihan politik. (Foto via Hargo)
Mediaapakabar.com - Keganasan politik di tanah air tidak hanya berimbas pada orang hidup. Orang mati pun jadi korban. Makam dibongkar dan dipindahkan gara-gara keluarganya berbeda pilihan politik.

Itulah yang terjadi di Gorontalo. Dua makam dibongkar di Desa Toto Selatan, Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, gara-gara keluarganya beda pilihan politik pada Pemilu 2019.

Dua mayat yang masih satu keluarga itu dibongkar dan dipindahkan keluarganya pada Sabtu, 12 Januari 2019.

Ini bukan yang pertama kali terjadi di Gorontalo. Sebelumnya lima makam dibongkar di Desa Jembatan Merah (Jemer), Kecamatan Tomilitu, Kabupaten Gorontalo Utara, pada 9 Desember 2018.

Lima makam itu berada di lahan milik keluarga salah satu calon kepala desa yang bertarung di Pilkades Jemer.

Melansir Pojoksatu.id, lima makam warga tersebut yakni makam Asma Katili, Idris Katili, Nur Humolungo, Andin Side dan Sumiati Ahmad.

Lima makam dibongkar dan dipindahkan alasannya keluarganya berbeda pilihan dalam Pilkades Jemer.

Dengan demikian, sudah ada 7 mayat di Gorontalo yang menjadi korban keganasan politik. Makam mereka dibongkar dan dipindahkan hanya gara-gara keluarganya beda pilihan politik.

Makam Kakek dan Cucu Dibongkar

Pembongkaran dua makam warga di Dusun II Desa Toto Selatan, Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo pada Sabtu 12, Januari 2019 disesalkan Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah PBNU, Robikin Emhas.
Robikin menyatakan, politik seharusnya menjadi sarana untuk meningkatkan harkat dan martabat kemanusiaan.
“Nampak bahwa politik hanya dipahami sebagai sarana mendapat kekuasaan. Tidak penting bagaimana cara meraihnya,” ujar dia.
Ia juga membeberkan bahwa kesan penghalalan segala cara dalam meraih kekuasaan politik tidak hanya terjadi dalam perebutan dingklik legislatif saja. Akan tetapi, juga sudah terjadi dalam Pilpres 2019.
“Politisasi agama, penggunaan fake news dan hoax sebagai mesin elektoral, sanggup disebut sebagai contohnya,” lanjut dia.
Menurutnya, kejadian menyerupai itu seakan sama sekali tak mempedulikan dampak yang ditimbulkan. Hubungan kekerabatan pecah, persahabatan retak, tetangga dikategorikan sebagai lawan.
Keganasan politik di tanah air tidak hanya berimbas pada orang hidup 7 Jasad Pun Tak Tenang dan Makamnya Harus Dibongkar dari Kubur Akibat Keganasan Politik
Makam dibongkar dan dipindahkan alasannya beda pilihan politik
Untuk diketahui, dua mayit warga Dusun II Desa Toto Selatan, Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, dibongkar dan dipindahkan, Sabtu (12/1/2019).
Dua makan tersebut dibongkar dan jenazahnya dipindahkan sehabis bertahun-tahun bersemayam di kawasan pemakaman tersebut.
Ujung pangkal pemasasalahan pun sepele, hanya alasannya perbedaan pilihan di Pemilu 2019.
Dua makam yang dibongkar ialah milik Masri Dunggio yang sudah dikubur 26 tahun silam.
Sedangkan makam kedua ialah milik Siti Aisyah Hamsah yang gres berumur satu tahun. Keduanya ialah kakek dan cucu.
Makam yang berada di belakang rumah warga berjulukan Awono itu dibongkar dan dipindahkan oleh keluarga jago waris.
Hal itu terjadi sehabis terjadi perselisihan dengan pemilik lahan yang bergotong-royong bersepupu dengan almarhum.
Pemicunya ialah perbedaan pilihan politik pemilihan caleg DPRD Kabupaten Bone Bolango.
Awono mempunyai ikatan keluarga dengan caleg tersebut. Dia ingin semoga caleg Naini atau Iriani yang merupakan kerabatnya dipilih dikala pemilu.
Abdul Salam Pomontolo, dari keluarga almarhum mengatakan, Awono diduga mengancam jikalau keluarga almarhum tidak menentukan caleg itu.
Maka makam silakan dibongkar dan dihentikan ada yang sanggup dikubur di situ.
“Dia bilang berulang kali, kau jikalau tidak menentukan Iriani, kuburan ini segara pindah dan ini aku pagar,”
“Kalau tetap tidak mau pilih, ada lagi yang mati tidak sanggup dikubur sini,” katanya memalsukan ucapan Awono.
Polisi dan pegawapemerintah pemerintahan desa bergotong-royong sudah mencoba memediasi. Tapi kedua belah kedua pihak tetap tak mau saling menyerah dan menemui jalan tapi buntu.
Keluarga almarhum kesudahannya membongkar kedua makam dan memindahkan ke pemakaman lain.
“Keluarga jago waris menangis alasannya tak tega makam dibongkar dan dipindah,” ungkap warga sekitar. (AS)