Psikologi Perkembangan Kurun Cukup Umur Awal
Hurlock (1990) menyampaikan bahwa pintar balig cukup akal awal dimulai pada umur 18 tahun hingga kira-kira 40 tahun, dikala perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduksi. Masa pintar balig cukup akal awal yakni masa peralihan setelah masa remaja. Masa ini menjadi masa yang penting lantaran pada masa sebelumnya individu melaksanakan pencarian identitas diri. Namun, dimasa ini individu akan beralih menjadi sanggup berdiri diatas kaki sendiri baik secara ekonomi, pengambilan keputusan, kebebasan menentukan diri sendiri, serta pandangan untuk masa depannya. Individu pada masa ini akan berfikir lebih realistis untuk menjalani kehidupannya. Sebab itulah pada masa ini pun individu akan dihadapkan dengan banyak sekali macam masalah.
Di usia ini terjadi transisi dari sekolah menengah atas menuju universitas dimana individu yang sebelumnya menjadi senior menjadi orang gres dan kembali memainkan top-dog phenomenon. Transisi dari sekolah menengah atas menuju universitas melibatkan gerakan menuju struktur sekolah yang lebih besar, dan tidak bersifat pribadi; interaksi dengan kelompok sebaya dari tempat bermacam-macam dan kadang lebih bermacam-macam latar belakang etniknya; dan peningkatan perhatian pada prestasi dan penilaiannya (Belle & Paul, 1989; Upcraft & Gardner, 1989). Dengan adanya hal itu mereka akan berusaha untuk bersikap lebih pintar balig cukup akal seiring dengan diikutinya perkembangan-perkembangan lainnya menyerupai fisik, kognitif, seksualitas dan lain-lain.
Dari aspek perkembangan fisik, pada masa ini akan terjadi puncak sekaligus penurunan kemampuan fisik. Perhatian dan kesadaran terhadap kesehatan akan lebih meningkat pula.
a. Puncak dan Penurunan Kemampuan Fisik
Masa awal pintar balig cukup akal bagi sebagian besar orang ditandai dengan memuncaknya kemampuan dan kesehatan fisik. Hal itu terjadi pada usia anatara 19 hingga 26 tahun. Gerak-gerak reflek mereka akan menjadi sangat cepat, kemampuan reproduktif mereka berada di tingkat yang paling tinggi. Namun, ketika berada di usia sekitar 25 tahun secara berangsur-angsur kekuatan fisik mulai mengalami penurunan. Tetapi, orang-orang pada usia ini tetap bisa untuk melaksanakan acara menyerupai biasanya.
b. Nutrisi dan Perilaku Makan
Disebabkan adanya konteks kontrol tubuh, orang-orang pada masa pintar balig cukup akal awal akan memperhatikan nutrisi dan sikap makannya. Itu sebabnya mereka akan lebih menjaga waktu dan asupan makanan yang akan masuk ke dalam tubuhnya. Apakah makanan yang beliau konsumsi telah memenuhi kebutuhan nutrisinya? Apakah makanan yang beliau konsumsi akan meningkatkat kesehatan bagi tubuhnya? Karena dari hal itulah mereka sanggup mempertahankan kondisi badan mereka sesuai dengan yang mereka harapkan. Biasanya usaha usaha tersebut diikuti dengan kegiatan olahraga.
c. Olahraga
Olahraga merupakan acara penting bagi kesehatan pada masa pintar balig cukup akal awal. Penelitian telah memfokuskan hal tersebut terutama untuk melaksanakan pencegahan dari penyakit jantung. Banyak andal kesehatan yang menganjurkan untuk meningkatkan acara jantung hingga ke tingkat 60 persen dari acara jantung maksimum. Para peneliti menemukan bahwa olahraga tidak hanya menguntungkan dalam hal kesehatan fisik, tetapi juga bagi kesehatan mental. Olahraga terutama meningkatkan konsep diri dan mengurangi kecemasan dan depresi (Doyne dkk., 1987; Lobstein, Ismail & Rasmussen, 1989; Ossip-Klein dkk., 1989). Dari manfaat-manfaat tersebut, orang-orang pada masa pintar balig cukup akal awal sangat dianjurkan untuk melaksanakan acara olahraga secara teratur.
Seksualitas
Kebutuhan akan seksualitas tidak se-urgent menyerupai kita memerlukan makan dan minum untuk bertahan hidup. Tapi tidak sanggup dipungkiri seksualitas yakni kebutuhan dasar bagi manusia. Dan kita membutuhkannya untuk mempertahankan spesies kita.
Untuk mengetahui dan mendapat isu mengenai sikap dan sikap seks bukanlah hal yang mudah. Karena respon yang diberikan oleh setiap orang ketika kita bertanya perihal seksualitas cenderung berbeda-beda. Ketika melaksanakan survey mengenai seksualitas, maka sebagian besar yang memperlihatkan respon yakni orang-orang yang mempunyai sikap dan terlibat dalam sikap seks yang liberal. Kemudian, apa yang diketahui oleh peneliti dibatasi oleh keengganan individu-individu menjawab pertanyaan dengan terus terang perihal masalah yang sangat pribadi dan oleh ketidakmampuan memperoleh banyak jawaban, secara jujur atau tidak, penggalian isu dari individu yang percaya bahwa membicarakan seks dengan orang ajaib seharusnya dilakukan (Allen & Santrock, 1993).
Perkembangan Kognitif
Dalam masa pintar balig cukup akal awal, begitu banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul mengenai aspek kognitif pintar balig cukup akal awal itu sendiri. Apakah kognitif yang bekerjasama dengan memori, kreativitas, intelegensi, dan kemampuan mencar ilmu pada orang-orang pintar balig cukup akal awal mengalami perkembangan? Apakah kognisi mereka tetap menyerupai yang pernah mereka alami pada masa remaja? Berikut ini akan dijelaskan fase-fase kognitif yang dialami orang-orang pintar balig cukup akal awal.
a. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Menurut teori kognitif Piaget, individu pada masa pintar balig cukup akal awal (18-40 tahun) berada pada tahapan terakhir dari 4 tahapan yang ada, yaitu tahap operasional formal. Dimana pada tahap ini mereka sanggup melaksanakan pemikiran dan pemecahan masalah secara sistematis. Operasi-operasi formal yang dilakukan pada masa ini antara lain :
- Abstract reasoning
Individu pada masa pintar balig cukup akal awal akan bisa berpikir secara abstrak, idealis, dan cenderung memakai logika mereka.
- Hypothetical-deductive reasoning
Individu pada masa pintar balig cukup akal awal mempunyai dan bisa mengembangkan kemampuannya dalam menciptakan hipotesis-hipotesis terhadap suatu masalah untuk menuntaskan masalah itu sendiri secara sistematis. Serta sanggup dengan gampang menarik suatu kesimpilan yang menghasilkan keputusan.
- Adolescent egocentrism
Pada masa pintar balig cukup akal awal suatu individu akan mengalami peningkatan kesadaran dan pemahaman terhadap diri sendiri serta keunikan-keunikan pribadi yang ada.
b. Perkembangan Memori
Salah satu karakteristik yang sering direlevankan dengan tahap pintar balig cukup akal yakni penurunan dalam daya ingat. Sebuah studi menjelaskan bahwa kemunduran memori di masa ini yakni sesuatu yang mungkin saja sanggup terjadi. Namun lebih dari itu, ketika orang bau tanah memperlihatkan kemunduran memori, kemunduran tersebut cenderung sebatas pada keterbatasan tipe-tipe memori tertentu. contohnya kemunduran cenderung terjadi pada keterbatasan memori episodik (memori yang bekerjasama dengan pengalaman-pengalaman tertentu dalam kehidupan kita). Sementara tipe memori lain menyerupai memori semantik (memori yang bekerjasama dengan fakta-fakta umum) dan memori implisit (memori dalam alam bawah sadar) secara umum tidak mengalami kemunduran lantaran imbas usia (Fieldman, 1996).
c. Kreativitas
Dalam beberapa penelitian, kualitas produktivitas orang pintar balig cukup akal yang populer mencapai puncak tertinggi pada usia tiga puluh tahun; hampir 80 persen dari pemberian kreatif terpenting diselesaikan pada usia 50 tahun (Dennis, 1966; Lehman, 1960). Dalam pendekatan lain, produktivitas total bukan hanya karya yang tertinggi, dari individu yang kreatif dalam bidang seni, sains, dan humaniora yang menjadi populer dalam waktu yang lama, telah diteliti (Dennis, 1966).
d. Perkembangan Intelegensi
Studi Thorndike mengenai kemampuan mencar ilmu orang pintar balig cukup akal menyimpulkan bahwa kemampuan mencar ilmu akan mengalami kemunduran sekitar 15% pada usia 22 dan 42 tahun. Kemampuan untuk mempelajari pelajaran-pelajaran sekolah ternyata hanya mengalami kemunduran sekitar 0,5% hingga 1% setiap tahun antara usia 21 hingga 41 tahun. Memang, puncak kemampuan mencar ilmu bagi kebanyakan orang terdapat pada usia 25 tahun, namun kemunduran yang terjadi setelah usia 25 hingga 45 tahun tidak signifikan. Bahkan pada usia 45 tahun kemampuan mencar ilmu seseorang sama baiknya dengan ketika mereka masih berusia antara 20 hingga 25 tahun (Witherington, 1986). Studi tersebut memperlihatkan bahwa kemunduran kemampuan intelektual pada orang pintar balig cukup akal tidak disebabkan oleh faktor usia.
Karir dan Pekerjaan
Pada tahap pintar balig cukup akal awal hal perihal mencari nafkah, menentukan pekerjaan, membangung karir, dan mengembangkan karir yakni hal yang tidak sanggup dipisahkan. Tetapi orang pintar balig cukup akal muda tidak sistematis dan tidak mempunyai arah dalam eksplorisasi dan perencanaan karir mereka (Super, Kowalski & Gotkin, 1967). Ketika berada pada masa-masa awal di universitas mereka akan mengalami kesulitan. Hal ini terjadi secara masuk akal lantaran mereka gres saja menjalani peralihan dari menjadi siswa menuju ke tahap menentukan karir. Tak jarang orang-orang pada masa ini mengubah minatnya lantaran merasa apa yang beliau pelajari di universitas tidak bekerjasama pribadi dengan bidang pekerjaannya. Siklus pekerjaan mempunyai empat fase utama yaitu, seleksi dan masuk kerja, pembiasaan diri, pemeliharaan, dan pensiun. Fase-fase tersebut telah diidentifikasikan dalam pergerakan karir yang teratur.
Perkembangan Psikososial
a. Perkembangan Keintiman
Biasanya masa pintar balig cukup akal awal yakni masa perubahan yang dramatis dalam korelasi personal ketika orang-orang membentuk, menegosiasikan kembali, atau mempererat ikatan yang didasarkan pada pertemanan, cinta, dan seksualitas. Ketika seorang pintar balig cukup akal awal memasuki dunia kuliah atau kerja, mereka harus menuntaskan perundingan akan otonomi yang dimulai pada masa remaja dan mendefinisikan korelasi dengan ornag bau tanah mereka.
Keintiman juga meliputi rasa mempunyai (sense of belonging). Kebutuhan untuk membentuk korelasi yang kuat, stabil, dekat, dan saling peduli merupakan motivator terkuat sikap manusia. Emosi yang paling besar lengan berkuasa dibangkitkan oleh rasa kasih saying. Orang-orang cenderung kebih sehat baik secara fisik atau mental, dan hidup lebih lama, jikalau mereka mempunyai korelasi dekat yang memuaskan.
b. Pertemanan
Pertemanan pada masa pintar balig cukup akal awal cenderung berpusat pada pekerjaan dan acara parenting serta banyak sekali kepercayaan diri dan masukan. Pertemanan mempunyai kualitas dan huruf yang beragam. Sebagian sangat intim dan suportif, sedangkan yang lain ditandai dengan konflik yang kerap terjadi. Seorang pintar balig cukup akal awal yang masih melajang amat bergntung kepada pertemanan untuk memenuhi kebutuhan social mereka dibandingkan orang pintar balig cukup akal awal yang telah menikah atau yang telah menjadi irang tua. Wanita muda cenderung mempunyai kebutuhan sosial yang dipenuhi oleh sobat mereka ketimbang laki-laki muda. Biasanya perempuan mempunyai lebih banyak pertemanan intim ketimbang laki-laki dan menemukan pertemanan dengan perempuan lain jauh lebih memuaskan ketimbang dengan pria. Pria lebih cenderung membuatkan isu dan aktivitas, tapi tidak membuatkan kepercayaan, dengan teman.
c. Cinta
Sebagian besar orang menyukai kisah cinta, termasuk kisah cinta mereka sendiri. Membayangkan cinta sebagai dongeng sanggup membantu kita melihat bagaimana orang menentukan dan memadukan elemen “plot”. Menurut teori cinta triangular Stenberg, ketiga elemen cinta tersebut yakni intimasi, hasrat dan komitmen. Intimasi, elemen emosional meliputi pengungkapan diri, yang akan mengarah kepada keterhubungan, kehangatan dan kepercayaan. Hasrat, elemen motivasional, didasarakan kepada dorongan batin yang menerjemahkan gejolk fisiologis kedalam hasrat seksual. Komitmen, elemen kognitif, yakni keputusan untuk menyayangi dan untuk terus dicintai.
d. Pernikahan dan Keluarga
Pada masa pintar balig cukup akal awal ini keintiman dengan orang lain mengarah pada perkembangan korelasi seksual dengan lawan jenis yang beliau cintai. Hal ini berarti bertujuan untuk mengembangkan genitalitas seksual yang bahu-membahu dalam korelasi timbal balik dengan kawan yang dicintai. Dalam tahap sebelumnya terbatas pada inovasi identitas seksual dan usaha menjalin hubungan-hubungan bersahabat yang bersifat sementara. Agar mempunyai arti sosial yang menetap, maka genetalitas membutuhkan seseorang yang dicintai dan sanggup diajak melaksanakan korelasi seksual dan membuatkan rasa dalam suatu korelasi kepercayaan.
e. Moralitas
Menurut teori Kohlberg telah menekankan bahwa perkembangan moral didasarkan terutama pada kebijaksanaan sehat moral dan berkembang secara bertahap. Dalam Teori Kohlberg mendasarkan teori perkembangan moral pada prinsip-prinsip dasar hasil temuan Piaget. Teori Perkembangan moral dalam psikologi umum berdasarkan Kohlberg terdapat 3 tingkat diantaranya sebagai berikut :
Tingkat Satu : Penalaran Prakonvensional.
Penalaran Prakonvensional yakni : tingkat yang paling rendah dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral- kebijaksanaan sehat moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan eksekusi eksternal. Dengan kata lain aturan dikontrol oleh orang lain (eksternal) dan tingkah laris yang baik akan mendapat hadiah dan tingkah laris yang jelek mendapat hukuman.
Tingkat Dua : Moralitas Konvensional
Yaitu ketika insan menjelang dan mulai memasuki fase perkembangan yuwana pada usia 10-13 tahun yang sudah menganggap moral sebagai janji tradisi sosial.
Tingkat Tiga : Moralitas Pascakonvensional
Yaitu ketika insan telah memasuki fase perkembangan yuwana dan pascayuwana dari mulai usia 13 tahun ke atas yang memandang moral lebih dari sekadar janji tradisi sosial. Dalam artian disini mematuhi peraturan yang tanpa syarat dan moral itu sendiri yakni nilai yang harus digunakan dalam segala situasi.
Pada perkembangan moral berdasarkan Kohlberg menekankan dan yakin bahwa dalam ketentuan diatas terjadi dalam suatu urutan berkaitan dengan usia. Pada awal masa pintar balig cukup akal cenderung pada pascakonvensional. Demikian hasil teori perkembangan moral berdasarkan kohlberg dalam psikologi umum.
Masalah-masalah yang Terjadi Pada Tahap Dewasa Awal
a. Ketergantungan
Semua orang sanggup membentuk ketergantungan pada sutau hal. Namun, individu pintar balig cukup akal awal yang mengalami ketergantungan pada obat-obatan terlarang yakni ketergantungan yang paling menonjol dan menyimpang. Dalam hal ini ketergantungan diklasifikasikan menjadi 3
- Ketergantungan (addiction) : ketergantungan fisik pada suatu obat
- Penarikan diri (withdrawal) : rasa sakit yang tidak diinginkandan ketagihan yang dialami oleh penderitaketergantungan pada dikala obat-obatan yang diharapkan tidak ada.
- Ketergantungan psikologis (psychological dependence) : kebutuhan untuk memakai obat-obatan untuk mengatasi masalah dan stres.
b. AIDS
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
AIDS yakni suatu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus human immunodeficiency virus (HIV) yang bisa menghancurkan sistem pertahanan tubuh. Setelah terserang penyakit ini, biasanya individu akan menjadi rentan terhadap kuman. Para andal menyatakan bahwa penyakit ini sanggup ditularkan melalui korelasi seksual, penggunaan jarum suntik bersama, dan transfusi darah.
c. Homoseksual
Homoseksual yakni menentukan pasangan seksual dengan jenis kelamin yang sama namun tidak selalu merupakan keputusan yang tetap. Mengapa sebagian orang menjadi homoseksual dan yang lainnya menjadi heteroseksual? Spekulasi perihal pertanyaan ini menjadi sangat luas, tetapi tidak ada balasan yang niscaya perihal hal ini (Rowlett, Patel & Greydaus, 1992). Karena penyebab dari hal ini pun bermacam-macam contohnya faktor gaya hidup dan lain-lain.
d. Kesepian
Kesepian yakni situasi dimana suatu individu merasa tidak ada satu orang pun yang mengerti keadaannya. Dia cenderung merasa terisolasi dan tak mempunyai pelarian ketika berada dalam keadaan stres. Penekanan masyarakat kita pada pemenuhan diri, prestasi, pentingnya komitmen dalam suatu hubungan, dan penurunan korelasi dekat yakni sebagian alasan adanya perasaan kesepian yang umum terjadi kini (de Jong-Gierveld, 1987).
Daftar Pustaka
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Santrock, John W. 2002. Live-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.