Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Masa Anak Awal

Anak-anak awal (early childhood) secara kronologis yaitu mereka yang berada pada usia 2 – 6 tahun, walaupun masih terikat dan memfokuskan diri pada relasi dengan orang bau tanah atau keluarga, tetapi masa anak ini, ditandai dengan kemandirian, kemampuan control diri (self control) dan hasrat untuk memperluas pergaulan dengan bawah umur yang sebaya. Pergaulan yang makin luas ini akan mengurangi kelekatan emosi dengan orang tua, mengurangi egosentrisme, mengurangi sifat irasional, alasannya yaitu dalam pergaulan itu masing-masing anak saling mengkritik, mencela, mengejek, mungkin terjadi konflik, pertengkaran, yang kemudian diikuti dengan proses pembuatan kompromi, pembiasaan norma-norma social yang baru. 

Masa bawah umur awal, masih ditandai dengan acara bermain baik sendiri maupun bermain dengan kelompok sahabat sebaya lainnya. Karakteristik permainan tiap fase perkembangan berbeda-beda. Hal yang penting permainan pada masa bawah umur awal ialah selain mempunyai kegunaan bagi pengembangan kepribadian, bermain juga mempunyai kegunaan untuk pengembangan psikomotorik halus dan kasar.

Perkembangan Kognitif Pada Masa Awal Anak-Anak 

Perkembangan kognitif masa awal bawah umur kali ini berfokus pada tahap pemikiran praoperasional piaget, pemrosesan informasi, perkembangan bahasa, teori perkembangan Vygotssky, dan pendidikan masa kanak-kanak. Pada tahap masa awal anak seorang anak telah memasuki perkembangan kognitif tahap praoperasional. 

Dunia kognitif masa kanak-kanak prasekolah yaitu kreatif, bebas dan penuh imajinasi, di dalam seni mereka, matahari kadang kala berwarna hijau dan langit berwarna kuning, kendaraan beroda empat mengambang di awan, dan insan mirip kecebong, imajinasi kanak-kanak praseklah terus bekerja, dan daya serap mental mereka ihwal dunia semakin meningkat. Pada tahap inilah konsep yang stabil dibentuk, daypikir mental muncul, egosentrisme mulai berpengaruh dan kemudian melemah, serta keyakinan pada hal-hal magis terbentuk. 

1. Tahap Pemikiran Praoprasional Piaget 

Pemikiran praoperasional yaitu awal kemampuan untuk merekonstruksi pada tingkat pemikiran apakah seorang anak dalam melaksanakan sesuatu pemikiran operasional juga meliputi peralihan penggunaan simbol dari yang primitive kepada yang lebih canggih. Pemikiran praoperasional piaget sanggup dibagi dalam 2 sub tahap. Sub tahap fungsi simbolis dan sub tahap pemikiran intuitif.

a. Sub Tahap Fungsi Simbolis 

Sub tahap fungsi Simbolis (symbolic function substage) yaitu subtahap pertama pemikiran praoprasional yang terjadi kira-kira antara usia 2-4 tahun. Pada sub tahap ini, bawah umur mengembangkan kemampuan untuk membayangkan secara mental suatu objek yang tidak ada. Kemampuan untuk berfikir simbolis semacam itu disebut “fungsi simbolis”, dan kemampuan itu mengembangkan secara cepat dunia mental anak. Anak-anak kecil memakai design coret-coret untuk menggambarkan manusia, rumah, mobil, awan dan lain-lain. Anak-anak tidak terlalu peduli dengan realitas gambar-gambar yang mereka buat. 

Egosentrisme yaitu suatu cirri pemikiran operasional yang menonjol. Egosentrisme yaitu suatu ketidakmampuan untuk membedakan perspektif diri dengan perspektif orang lain. Anak belum mempunyai kemampuan untuk mencicipi apa yang dirasakan, dilihat dan dipikirkan oleh orang lain. Ia lebih cenderung untuk melihat sesuatu dari sudut pandang dirinya sendiri.

Animisme (animism), bentuk lain pemikiran praoperasional ialah keyakinan bahwa obyek yang tidak bergerak mempunyai kualitas “semacam kehidupan” dan sanggup bertindak. Anak kecil sanggup memperlihatkan animism dengan menyampaikan “pohon itu mendorong daunnya dan daunnya jatuh” atau “trotoar itu membuatku jatuh” anak kecil yang memakai animism sulit membedakan kejadian-kejadian yang sempurna bagi penggunaan perspektif insan dan bukan manusia. Namun sebagian jago perkembangan bahwa animism merupakan pengetahuan dan pemahaman yang tidak lengkap, bukan suatu konsepsi umum ihwal dunia (Dolgin dan Behrend, 1984).

b. Sub Tahap Intuitif 

Sub tahap intuitif yaitu bawah umur mulai memakai daypikir primitive dan ingin tahu balasan atas semua bentuk pertanyaan, Piaget menyebut bahwa pada tahap ini bawah umur sepertinya begitu yakin ihwal pengetahuan dan pemahaman mereka.

2. Pemrosesan Informasi 

Dua keterbatasan dalam pemikiran bawah umur prasekolah ialah dalam hal perhatian dan ingatan yakni dua bidang penting yang terlibat dalam cara anak kecil.

a. Perhatian 

Pentingnya aspek-aspek perhatian ini pada bayi selama tahun prasekolah ditegaskan oleh penelitian yang memperlihatkan bahwa hilangnya dan pulihnya perhatian bila diukur pada 6 bulan pertama pada masa bayi, berkaitan dengan tingginya kecerdasan pada tahun-tahun prasekolah. 
  • Atensi Ekskutif: Melibatkan perencanaan, mengalokasikan atensi menuju sasaran, mendeteksi, dan kompensasi kesalahan, mengawasi perkembangan tugas, serta menghadapi situasi yang sulit dan rumit.
  • Atensi yang Tertahan: Keterlibatan yang jauh dan mendalam dengan sebuah objek, tugas, kejadian, atau aspek lain dari lingkungan. 

b. Memori (ingatan) 

Ingatan ialah suatu proses sentral dalam perkambangan kognitif anak. Ingatan meliputi penyimpanan isu terus-menerus. Ingatan sadar muncul pada usia 7 bulan, walaupun bawah umur dan orang cukup umur mempunyai sedikit atau tidak ingat lagi akan kejadian yang dialami sebelum usia 3 tahun. Diantara pertanyaan yang menarik perhatian ihwal ingatan pada tahun-tahun prasekolah ialah meliputi ingatan jangka pendek. Dalam ingatan jangka pendek (short-term memory), individu menyimpan isu selama 15 hingga 30 detik, dengan perkiraan tidak ada latihan atau pengurangan. Salah satu pengukuran ingatan jangka pendek ialah kiprah rentang ingatan.Penjelasan ihwal kecepatan pemrosesan menegaskan suatu hal penting dalam hal perspektif pemrosesan informasi. Maksudnya ialah kecepatan seorang anak dalam memproses isu merupakan suatu aspek penting dalam kemampuan kognitif anak.

3. Perkembangan Bahasa 

Pemahaman bawah umur berusia muda kadang kala melampaui kemampuan bicara mereka. Seorang anak berusia 3 tahun, yamg tertawa bangga ketika angin musam panas yang menerpa rambut dan menggilitik kulitnya berkomentar “angin membelitku!” orang cukup umur akan galau ketika seorang anak kecil dengan berani berkata, “apapun dilarang dipecahkan hanya gelas dan piring” ketika yang ia maksudkan yaitu “tidak ada yang sanggup pecah kecuali piring dan gelas.” Banyak keanehan bahasa anak kecil terdengar mirip kesalahan ditelinga orang dewasa. Namun, dari sudut pandang anak kecil, mereka tidak salah. Mereka memakai cara anak kecil dalam mencicipi dan memahami dunia mereka pada masa perkembangannya. 

4. Pendidikan Masa Awal Kanak-Kanak 

Dengan meningkatnya pemahaman ihwal bagaimana bawah umur kecil berkembang dan belajar, telah muncul penakanan yang lebih besar pada pendidikan bawah umur kecil. Taman kanak-kanak yang berpusat pada anak, praktik cocok dan yang tidak cocok dalam progam bagi bawah umur kecil, problem konkret kalau bawah umur masuk prasekolah sebelum taman kanak-kanak, efek pendidikan masa awal bawah umur dan hakekat pendidikan bagi bawah umur kecil yang kurang beruntung.

TEORI VYGOTSKY: Menekankan bahwa bawah umur secara aktif membangun pengetahuan dan pemahamannya (1962). Anak-anak lebih dideskripsikan sebagai makhluk sosial. Anak-anak menyusun pemikiran dan pemahamannya terutama melalui interaksi sosial. Perkembangan kognitif bawah umur tergantung pada perangkat yang disediakan oleh lingkungan, dan pikiran mereka dibuat oleh konteks kultural di mana mereka tinggal (Gredler, 2008; Holzman, 2009).
  • Zona Perkembangan Proksimal (ZPD): Rentang tugas-tugas yang terlalu sulit bagi anak untuk dikuasai sendiri namun sanggup dipelajari melalui bimbingan dan derma dari orang cukup umur atau bawah umur yang lebih terampil. 
  • Scaffolding: Mengubah level dukungan. 
  • Bahasa dan Pemikiran: Tujuan dari percakapan tidak hanya untuk melaksanakan komunikasi namun juga untuk membantu mereka dalam menuntaskan tugas. Vygotsky (1962) yakin bahwa bawah umur memakai bahasa untuk merencanakan, membimbing, dan memonitor sikap mereka. Penggunaan bahasa untuk meregulasi diri disebut Private Speech. 

Perkembangan Sosioemosional Masa Awal Kanak-Kanak 

Sosialisasi yaitu suatu proses seseorang mencar ilmu berperilaku tertentu sesuai dengan tuntutan budaya daerah ia hidup. Emosi didefinisikan sebagai perasaan yang melibatkan suatu gabungan antara gejolak fisiologis dan sikap yang tampak. 

Selama masa ini bawah umur dalam proses sosioemosional yang bawah umur semakin mencar ilmu berdikari dan menjaga diri mereka sendiri, mengembangkan ketrampilan kesiapan bersekolah, dan meluangkan waktu bermain dengan teman-teman sebayanaya. Perubahan yang pertama dalam proses sosiemosional yaitu perubahan pada relasi anak dengan orang lain:

1. Relasi dengan Keluarga 

Kasih sayang merupakan suatu aspek penting dari relasi keluarga selama masa anak-anak. Kasih sayang keluarga selama ini merupakan ramuan kunci dalam perkembangan sosial anak, dan meningkatkan kemungkinan anak akan berkompeten secara sosial dan beradaptasi dengan baik pada tahun-tahun prasekolah dan sesudahnya. Peran kasih sayang yang terlalu dilebih-lebihkan akan menghipnotis temperamen anak, sikap anak, kompetensi sosial dan kesejahteraan sosial anak. 

2. Relasi Saudara Kandung dan Urutan Kelahiran 

Menunjukkan bahwa bawah umur berinteraksi lebih positif dan lebih bervariasi dengan orang tuanya dari pada dengan saudara kandungnya. Anak-anak juga lebih mematuhi perintah orang tuanya dari pada saudara kandungnya. Dalam banyak hal efek saudara kandung dalam proses sosialisasi sanggup lebih berpengaruh dibandingkan orang tua. Mengingat perbedaan-perbedaan dalam dinamika keluarga yang terlibat dengan urutan kelahiran, tidak mengherankan bahwa bawah umur yang lahir duluan dan yang lahir belakangan memilki karakteristik yang berbeda. Anak-anak yang lahir duluan lebih beroreintasi dewasa, suka menolong, sanggup menyesuaikan diri, cemas, dan sanggup mengendalikan diri dibandingkan saudaranya yang lahir kemudian. Orang bau tanah memberi lebih banyak perhatian kepada bawah umur yang lahir duluan dan ini berkaitan dengan sikap pengasuhan bawah umur yang lahir duluan. Tuntutan orang bau tanah dan standar tinggi yang ditetapkan bagi bawah umur yang lahir duluan menimbulkan bawah umur memilki karir akademik dan professional yang memuaskan.

3. Relasi Teman Sebaya 

Teman sebaya yaitu bawah umur yang tingkat usia dan kematangannya kurang lebih sama. Salah satu fungsi kelompok sahabat sebaya yang paling penting yaitu menyediakan sumber isu dan perbandingan ihwal dunia diluar keluarga. Dengan teman-teman sebaya, bawah umur mencar ilmu merumuskan dan menegaskan pendapat-pendapat mereka sendiri menghormati pandangan teman-teman sebaya, bekerja sama mencari solusi atas ketidaksetujuan, dan membangun standar-standar sikap yang sanggup diterima bersama. 


Pada masa awal anak-anak, bawah umur biasanya keluar dan memasuki dunia ini, mereka bertemu dengan teman-teman baru, menghabiskan waktu dalam banyak sekali macam lingkungan dan mencar ilmu banyak hal gres yang menarik. Dalam menjalin relasi bawah umur semakin tertarik pada anak lain. Mereka berkomunkasi dengan jelas, mencar ilmu membuatkan dan memahami perasaan, impian atau kemauan orang lain. Oleh Karena itu, persahabatan merupakan landasan yang subur untuk perkembangan relasi anak pada masa ini. Selain itu, bawah umur juga mulai mengembangkan ketertarikan pada permainan simbolik dan permainan berpura-pura. Permainan berpura-pura sanggup memfasilitasi perkembangan emosi anak alasannya yaitu ketika bermain pura-pura, mereka sanggup mengekspresikan atau memunculkan emosi yang berkaitan dengan permasalahan yang sensitive yang mereka pendiam. 

Perubahan dalam proses sosioemosional yang kedua yaitu perubahan pada emosi anak. Dunia bawah umur dipenuhi dengan emosi dan pengalaman emosional. Emosi yaitu bahasa pertama yang dipakai oleh anak untuk berkomunikasi dengan orang tuanya sebelum anak sanggup berbicara dengan baik. Berkaitan dengan emosi, bawah umur yagn ada dalam masa awal bawah umur mulai mempunyai majemuk ketakutan atau kecemasan. Ketakutan atau kecemasan yang dimiliki bawah umur ini juga cenderung memuncak. Contohnya yaitu rasa takut ditinggalkan, rasa tahu terhadap mimpi buruk, atau rasa takut pada gelap, dan lain-lain.

Perubahan yang ketiga dalam proses sosioemosional yaitu perubahan pada kepribadian anak. Menurut Erikson, tahap ini disebut tahap inisiatif versus rasa bersalah. Perkembangan anak pada tahap ini yaitu mencar ilmu mempunyai inisiatif atau ilham tanpa terlalu banyak melaksanakan kesalahan. Inisiatif atau ilham berarti tanggapan positif terhadap tantangan dunia luar, tanggung jawab, pelajaran ihwal kemampuan-kemampuan baru, dan awal anak mempunyai tujuan. Pada tahap ini, anak juga mulai mempunyai kemampuan untuk membayangkan. Hal ini berarti anak perlu didorong untuk berimajinasi, memunculkan rasa ingin tahu dan ide-ide, serta mewujudkan ide-ide tersebut. Anak-anak yang bisa membayangkan apa yang akan terjadi, bisa menciptakan rencana, juga harus mempunyai rasa tanggung jawab dan rasa sesal kalau melaksanakan kesalahan. 

Perkembangan Gender

Kebanyakan anak mengalami sekurang-kurang tiga tahap dalam perkembangan gender (Shepherd-Look, 1982), yaitu pertama, bawah umur mengembangkan kepercayaan ihwal identitas gender (rasa pria atau perempuan). Kedua, bawah umur mengembangkan keistimewaan sikap ihwal jenis kelamin mana yang mereka kehendaki. Ketiga, mereka memperoleh ketetapan gender, suatu kepercayaan bahwa jenis kelamin seseorang ditentukan secara biologis, permanen, dan tak dirubah-ubah. Ketiga aspek tersebut berperan terhadap pengetahuan umum anak ihwal kiprah gender yang diharapkan masyarakat (peran jenis kelamin atau stereotip gender).  

Perkembangan Moral

Perkembangan moral yaitu perkembangan yang berkaitan dengan hukum dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh insan dalam interaksinya dengan orang lain (Santrock, 1995). Anak-anak ketika dilahirkan tidak mempunyai moral, tetapi dalam dirinya terdapat potensi moral yang sanggup dikembangkan. Karena itu, melalui pengalamannya berinteraksi dengan orang lain, anak mencar ilmu memahami ihwal sikap mana yang baik, yang boleh dikerjakan, dan tingkah laris mana yang buruh, dilarang dikerjakan.  

Sosialisasi Pada Awal Masa Kanak-Kanak

Awal masa kanak-kanak sering disebit sebagai masa prakelompok.  Dasar untuk sosialisasi diletakan dengan menungkatnya relasi antara anak dengan teman-teman sebayanya dari tahun ketahun.  Jenis relasi sosial lebih penting dari pada jumlahnya.  Manfaat yang diperoleh anak dengan diberikannya kesempatan untuk berafiliasi sosial akan sangat dipengaruhi oleh tingkat kesenangan relasi sosial sebelumnya, yang umumnya terjadi dalam periode ini yaitu bahwa anak lebih menyukai relasi sosial sejenis dari pada relasi sosial dengan kelompok jenis kelamin yang berlawanan.

1. Pola Sosialisasi Awal

Antara usia dua dan tiga tahun, anak membuktikan minat yang konkret untuk melihat bawah umur lain dan berusaha mengadakan kontak sosial dengan mereka.  Ini dikenal sebagai bermain sejajar, yaitu bermain sendiri-sendiri, tidak bemain dengan bawah umur lain kalaupun terjadi kontak, maka kontak ini cenderung bersifat perkelahian, bukan kerja sama.  Bermain sejajar merupakan bentuk acara sosial yang pertama-tama dilakukan, dengan teman-teman sebaya.  Perkembangan berikutnya yaitu bermain asosiatif, dimana anak terlihat yaitu acara yang ibarat acara bawah umur lain.  Dengan meningkatnya kontak sosial, anak terlibat dalam bermain kooperatif, di mana ia menjadi anggota kelompok dan saling berinteraksi sekalipun anak sudah mulai bermain dengan anak lain, ia masih sering berperan sebagai penonton, mengamati anak lain bermain tetapi tidak berusaha benar-benar bermain dengannya.  Dari pengalaman mengamati ini, bawah umur muda mencar ilmu bagaimana anak lain mengadakan kontak sosial dan bagaimana prilakunya dalam banyak sekali situasi sosial.

2. Pola Perilaku Sosial dan Tidak Sosial

a. Pola Sosial

  • Meniru biar sama dengan kelompok, anak menggandakan sikap dan prilaku orang yang sangat ia kagumi.
  • Persaingan, impian untuk mengungguli dan mengalahkan orang-orang lain sudah tampak pada usia empat tahun.
  • Kerja sama, pada selesai tahun ketiga bermain kooperatif dan acara kelompok mulai berkembangdan meningkat baik dalam 
  • Simpati, membutuhkan pengertian ihwal perasaan dan emosi orang-orang lain maka hal ini hanya kadang kala timbul sebelum tiga tahun.
  • Empati, tenggang rasa membutuhkan pengarian ihwal perasaan dan emosi orang lain tetapi disamping itu juga membutuhkan kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di daerah orang lain.
  • Dukungan sosial, menjelang berakhirnya awal masa kanak-kanak, dukungan dari teman-teman menjadi lebih penting dari pada persetujuan orang-orang dewasa.
  • Membagi, dari pengalaman bersama orang-orang lain, anak mengetahui bahwa salah satu cara untuk memperoleh persetujuan sosial yaitu dengan membagi miliknya.
  • Perilaku akrab, anak yang pada waktu bayi memperoleh kepuasan dari relasi yang hangat, erat, dan personal dengan orang lain.

b. Pola Tidak Sosial 
  • Negatifisme atau melawan otoritas orang dewasa, mencapai puncaknya antara usia tiga dan empat tahun dan kemudian menurun.
  • Agresif meningkat antara usia dua dan empat tahun dan kemudian menurun.
  • Perilaku berkuasa atau merajai mulai sekitar usia tiga tahun dan semakin meningkat dengan bertambah banyaknya kesempatan untuk kontak social.
  • Memikirkan diri sendiri, alasannya yaitu cakrawala social anak terutama terbatas di rumah, maka anak sering kali memikirkan dan mementingkan dirinya sendiri.
  • Mementingkan diri sendiri, lambat laun diganti oleh minat dan perhatian kepada orang-orang lain.
  • Merusak, ledakan amarah sering disertai dengan tindakan merusak benda-benda di sekitarnya.
  • Pertentangan seks, hingga empat tahun anak pria dan wanita bermain bantu-membantu dengan baik, banyak anak pria yang berperilaku kasar yang melawan anak perempuan.
  • Prasangka, sebagian besar anak prasekolah lebih suka bermain dengan teman-teman yang berasal dari ras yang sama, tetapi mereka jarang menolak bermain dengan bawah umur ras lain.

Bentuk Perilaku Awal dalam Berbagai Situasi Sosial

Bentuk sikap social yang paling penting untuk penyesuaian social yang berhasil tampak dan mulai berkembang dalam periode ini.  Dalam penelitian longitudinal terhadap sejumlah anak, Waldrop dan Halverson melaporkan bahwa anak yang pada usia 2,5 tahun bersikap ramah dan aktif secara social akan terus bersikap mirip itu hingga usia 7,5 tahun.

a. Penggolongan Teman 
  • Rekan yaitu orang yang memuaskan kebutuhan akan sahabat dengan berada dalam lingkungan yang sama dimana ia sanggup dilihat dan didengar.  
  • Teman bermain yaitu orang yang dengan siapa individu terlibat dalam acara yang menyenangkan.
  • Teman baik bukan hanya sahabat bermain yang cocok tetapi juga seseorang pada siapa individu sanggup berkomunikasi dengan bertukar pendapat dan saling sanggup dipercaya.
  • Teman pengganti, kalau kebutuhan berteman tidak terpenuhi baik alasannya yaitu keterpencilan geografis atau alasannya yaitu anak yang sanggup dijadikan sahabat terdiri dari kelompok usia dan tingkat perkembangan yang berbeda atau mempunyai minat serta nilai yang berlainan, anak sering mengisi kekurangan ini dengan cara bermain sendiri.

Pola Bermain Awal Masa Kanak-Kanak


Masa awal kanak-kanak sering disebut sebagai tahap mainan, alasannya yaitu dalam periode ini hampir semua permainan memakai permainan.  Minat bermain bawah umur mengikuti suatu referensi yang sangat dipengaruhi oleh kematangan dalam bentuk permainan tetentu dan oleh lingkungan dimana ia dibesarkan.  Misalnya anak yang sangat cerdas lebih menyukai permainan sandiwara, kegiatan-kegiatan kreatif dan buku-buku yang menawarkan isu dari pada yang bersifat hiburan.  Banyaknya alat bermain yang dimiliki dan banyak ruangan untuk bermain, keduanya dipengaruhi oleh status sosial  ekonomi keluarga, juga menghipnotis referensi bermain anak. Adapun referensi bermain awal masa kanak-kanak yaitu sebagai berikut.
  • Bermain dengan mainan, pada permulaan masa awal kanak-kanak bermain dengan mainan merupakan bentuk yang dominant. Dengan meningkatnya minat terhadap bermain dalam kelompok, anak yang menganggap bermain dengan mainan yang umumnya bersifat bermain sendiri, tidak lagi menyenangkan.  
  • Dramatisasi sekitar usia 3 tahun, dramatisasi terdiri dari permainan dengan menggandakan pengalaman-pengalaman hidup kemudian bawah umur bermain permainan akal-akalan dengan teman-temannya mirip polisi dan perampok.
  • Konstruksi, bawah umur menciptakan bentuk-bentuk dengan balok-balok, pasir, lumpur, tanah liat, manik-manik, cat, pasta, gunting, dan krayon. Menjelang berakhirnya awal masa kanak-kanak, bawah umur sering menambahkan kreatifitasnya ke dalam konstruksi-konstruksi yang dibuat menurut pengamatannya dalam kehidupan sehari-hari.
  • Permainan, dalam tahun keempat anak mulai lebih menyukai permainan yang dimainkan bersama teman-teman sebaya dari pada dengan orang-orang dewasa.
  • Membaca, bawah umur bahagia dibacakan dan melihat gambar-gambar dari buku.
  • Film, radio, dan televisi.  Anak-anak jarang melihat bioskop, tetapi ia bahagia film kartun, film ihwal binatang, dan film rumah ihwal anggota-anggota keluarga.  Anak-anak juga bahagia mendengarkan radio, tetapi lebih bahagia melihat televisi.

Bahaya pada Awal Masa Kanak-kanak

Seperti halnya ancaman pada masa bayi, ancaman pada masa kanak-kanak sanggup bersifat fisik, psikologis atau keduanya. Gizi yang kurang baik misalnya, sanggup menghalangi pertumbuhan fisik dan mental mirip halnya pertengkaran keluarga sanggup mengabaikan tekanan yang juga sanggup menghambat pertumbuhan. Bahaya psikologis pada awal masa kanak-kanak lebih banyak daripada ancaman fisik dan lebih merusak penyesuaian pribadi serta penyesuaian sosial anak.

1. Bahaya Fisik

Bahaya fisik awal masa kanak-kanak menimbulkan reaksi psikologis maupun fisik, terutama penyakit, kecelakaan dan kejanggalan.

a. Penyakit 

Anak-anak sangat gampang terkena jenis penyakit, tetapi yang paling umum yaitu penyakit pernapasan. Karena adanya ‘obat-obatan ajaib’ dan banyaknya imunisasi yang sanggup diperoleh ketika ini, penyakit anak tidak berlangsung lama. Namun penyakit secara psikologis sanggup merusak alasannya yaitu dua hal, pertama anak yang sakitnya usang akan tertinggal dalam mempelajari banyak sekali keterampilan yang diharapkan untuk bermain dengan teman-temannya. Setelah sembuh dan sanggup kembali mengikuti kelompok bermain. Ia merasa canggung. Kedua, kalau orang bau tanah menganggap penyakit sebagai tragedi keluarga dan menyalahkan anak alasannya yaitu menimbulkan kerepotan dan menambah biaya, maka keadaan ini menciptakan anak tegang dan gelisah. Ini tidak hanya akan semakin memperlama penyakit tetapi juga sanggup merusak relasi orang bau tanah dan anak.

b. Kecelakaan

Kebanyakan bawah umur mengalami luka iris, memar, radang, terbakar, patah tulang, otot kaku atau gangguan-gangguan ringan lain sebagai akhir kecelakaan. Anak lain mengalami kecelakaan yang lebih parah sehingga untuk beberapa ketika atau untuk selamanya menderita ketidakmampuan. 

2. Bahaya Psikologis

Semua bidang perkembangan sikap anak dikaitkan dengan potensi ancaman yang sanggup membawa akhir jelek pada penyesuaian pribadi dan sosial.  Berikut ini dibahas sejumlah ancaman yang paling umum.

3. Bahaya dalam Berbicara

Bicara merupakan sarana komunikasi dan alasannya yaitu komunikasi penting bagi kehidupan sosial maka bawah umur yang tidak sanggup berkomunikasi dengan orang lain akan mengalami kendala sosial dan kesannya dalam dirinya timbul perasaan tidak bisa dan rendah diri.

4. Bahaya Emosional

Bahaya emosional awal masa kanak-kanak yang besar kelihatan pada dominasi emosi yang kurang baik, terutama amarah. Kalau anak mengalami terlalu banyak emosi yang kurang baik dan sedikit mengalami emosi-emosi yang menyenangkan maka hal ini akan mengganggu pandangan hidup dan mendorong perkembangan tabiat yang kurang baik. Bahaya yang juga besar terhadap penyesuaian pribadi dan sosial berupa ketidakmampuan untuk melaksanakan empathic complex, suatu ikatan emosional antara individu dan orang-orang yang berarti.

Pertama, anak yang ketika bayi tidak pernah mengalami sikap bersahabat alasannya yaitu sedikit kesempatan untuk memperoleh relasi yang hangat dan stabil dengan ibu atau pengganti ibu, tidak sanggup menyadari kegembiraan yang sanggup diperoleh dari relasi bersahabat ini. Dengan demikian ia tidak berusaha untuk mengadakan relasi yang hangat dan ramah dengan orang lain, baik dengan teman-teman sebaya maupun dengan orang lain cenderung terikat pada diri sendiri, dan ini menghambat beliau untuk mengadakan relasi emosional dengan orang-orang lain. 

Kedua, perkembangan kasih sayang yang terlalu berpengaruh dari satu orang, biasanya ibu, alasannya yaitu ini mengakibatkan anak merasa kurang kondusif dan gelisah pada ketika sikap orang yang dicintai sepertinya mengancam, dalam hal tidak menyetujui sikap yang keliru atau kalau orang yang dicintai menawarkan perhatian kepada orang lain dan berkembangnya ketergantungan emosional kepada satu orang, akan menyulitkan anak untuk menyelenggarakan relasi yang baik dengan teman-temannya sebayanya.

DAFTAR PUSTAKA

Dariyo, Agoes. 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung: Refika Adiama.
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Santrock, John W. 2012. Live-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Edisi Ketigabelas Jilid 1. Jakarta: Erlangga.