Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sistem Pencernaan Dan Kaitannya Dengan Psikologi


APA ITU SISTEM PENCERNAAN ?

Sistem Pencernaan dan Kaitannya dengan Psikologi Sistem Pencernaan dan Kaitannya dengan Psikologi

Sistem pencernaan masakan yaitu kesatuan alat-alat yang dilibatkan dalam proses pencernaan makanan. Sistem pencernaan insan terdiri dari jalan masuk pencernaan dan kelenjar pencernaan.


Saluran pencernaan mencakup beberapa organ, di antaranya sebagai berikut:

1. Mulut

Merupakan tempat dimulainya pencernaan makanan. Di verbal berlangsung dua jenis pencernaan, yaitu:
  • Pencernaan mekanik yang dilakukan oloh gigi dan lidah, berupa pengunyahan, pergerakan otot-otot pengecap dan pipi untuk mencampur masakan dengan air ludah sebelum masakan ditelan.
  • Pencernaan secara kimia yang dilakukan oleh kelenjar ludah, yaitu pemecahan amilum menjadi maltosa.

A. Lidah 

Berfungsi untuk mencerna masakan secara mekanik, membantu proses mengunyah, menelan, membedakan bermacam rasa. Untuk mendukung fungsi mengenali rasa, pada permukaan pengecap terdapat papilla-papila yang di dalamnya terdapat puting-puting pengecap rasa. Macam rasa yang sanggup dibedakan oleh pengecap yaitu manis, asam, asin, dan pahit. Selain itu, pengecap juga peka terhadap panas, dingin, dan tekanan.

B. Kelenjar Ludah 

Merupakan kelenjar penghasil ludah atau air liur (saliva) yang terdiri dari tiga pasang.
  • Kelenjar parotis berada di bawah telinga, yang berfungsi menghasilkan ludah berbentuk cair.
  • Kelenjar submandibularis berada di rahang serpihan bawah, berfungsi menghasilkan getah yang mengandung air dan lendir.
  • Kelenjar sublingualis berada di bawah lidah, berperan menghasilkan getah yang mengandung air dan lender.
Ludah dalam pencernaan masakan berperan untuk memudahkan dalam menelan masakan dengan cara membasahi dan melumasi makanan. Ludah mengandung enzim ptyalin (amylase) yang berperan mengubah zat karbohidrat (amilum) menjadi maltose (gula sederhana). Enzim ptyalin akan berfungsi maksimal jikalau berada pada pH 6,8-7 dan pada suhu 37°C.

C. Gigi 

Berfungsi untuk memotong dan mengoyak masakan yang masuk ke verbal (sebagai alat pencernaan mekanik). Tujuan masakan dipotong dan dikoyak menjadi lebih kecil biar gampang untuk dicerna oleh lambung. Perkembangan gigi dimulai ketika anak berusia sekitar enam bulan. Gigi yang pertama kali tumbuh disebut gigi susu. Selanjutnya, pada usia 6-14 tahun gigi susu akan diganti menjadi gigi sulung, selanjutnya akan bermetamorfosis gigi tetap.

Gigi susu terdiri dari 4 gigi geraham belakang, 2 gigi taring dan 4 gigi seri pada rahang atas. Pada rahang bawah terdiri dari 4 gigi geraham belakang, 2 gigi seri dan 4 gigi seri. Gigi tetap mempunyai rumusan 6 gigi geraham belakang, 4 geraham depan, 2 gigi taring, dan 4 gigi seri pada masing-masing rahang, baik rahang atas maupun rahang bawah.

2. Lambung

Setelah masakan dikunyah di dalam verbal selanjutnya dibawa ke lambung melalui kerongkongan. Makanan sanggup turun ke lambung atas pemberian kontraksi otot-otot kerongkongan tersebut. Selama di lambung, masakan akan diproses secara kimiawi memakai enzim-enzim pencernaan, diantaranya:
  • Renin, zat renin ini hanya dimiliki oleh bayi yang fungsinya untuk mengendapkan protein susu dari air susu ibu (ASI).
  • Pepsin, zat yang satu ini fungsinya untuk memecah protein menjadi pepton.
  • Asam Klorida (HCI), fungsinya untuk mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin.
  • Lipase, zat lipase fungsinya untuk memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
3. Usus 12 Jari

Makanan diproses dalam lambung sekitar 3-4 jam, sehabis itu dibawa menuju usus 12 jari dan akan dicerna dengan pemberian enzim-enzim dari pankreas. Disamping itu juga terdapat empedu yang dihasilkan oleh hati fungsinya untuk mengemulsikan lemak kemudian dialirkan ke usus 12 jari. 

4. Usus Halus


Setelah itu masakan dibawa ke usus halus untuk diserap kandungannya, menyerupai lemak diserap dalam bentuk asam lemak dan gliserol, Karbohidrat diserap dalam bentuk glukosa, dan protein diserap dalam bentuk asam amino. Sedangkan vitamin dan mineral sanggup pribadi diserap oleh usus halus tanpa dicerna.

5. Usus Besar


Kemudian masakan yang tidak dicerna usus halus akan menuju usus besar dan menjadi fases. Air yang masih ada dalam usus besar akan diserap kembali ke usus besar.

6. Anus

Sisa masakan yang tidak diserap akan dibuang melalui anus.


GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN DAN HUBUNGAN NYA DENGAN PSIKOLOGI ?

Timbulnya gangguan pada jalan masuk cerna cukup sering dikeluhkan dan menjadi problem kesehatan dalam masyarakat. Penyakit-penyakit yang timbul pada jalan masuk cerna, selain disebabkan oleh adanya faktor organik (kelainan struktur jalan masuk cerna, infeksi) ternyata 40-60 % merupakan sindrom fungsional. Penderita sanggup mengalami gangguan pencernaan walaupun penyebab dan prosedur terjadinya gangguan tersebut secara niscaya belum diketahui secara pasti, namun gangguan tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis. Sindrom fungsional pada gangguan jalan masuk cerna tersebut, antara lain yaitu : gastritis (upper abdominal syndrome), sindrom fungsional hipogastrium (lower abdominal syndrome), dan aerofagi.

GASTRITIS (UPPER ABDOMINAL SYNDROME)

Gangguan pencernaan serpihan atas yang secara umum dikenal sebagai penyakit “maag” merupakan gangguan jalan masuk cerna yang cukup sering dikeluhkan. Selain disebabkan oleh faktor organik menyerupai adanya luka/peradangan pada jalan masuk cerna serpihan atas (lambung), gangguan ini juga dihubungkan dengan faktor psikologis mendasarinya. Gangguan ini ditandai antara lain oleh adanya rasa sakit dan atau rasa penuh di kawasan epigastrium (ulu hati), kanan atau kiri di bawah lengkung iga. Rasa sakit bersifat memperabukan atau samar-samar, tidak jarang menjalar, intensitasnya sedang, menghebat lantaran masakan atau pribadi sehabis makan, tidak ada hubungannya dengan insiden tertentu. Gejala-gejala lain yang timbul antara lain gangguan menelan, eruktasi (bersendawa), pirosis (merasa terbakar dan rasa asam atau pahit), mual dan muntah, kembung (meteorismus), dan lain-lain.

Penderita gastritis biasanya memperlihatkan perubahan yang cukup mencolok yaitu sikap depresi. Seringkali penderita menyalahkan lingkungan atau makanannya, tetapi ternyata dengan diet (makanan) juga tidak mengurangi rasa sakitnya. Mereka mempunyai angan-angan untuk dirawat, dimanja, dan untuk mempunyai objek yang diinginkan sehingga mereka sulit menemukan kepuasan yang dibutuhkannya. Keseimbangan yang ringkih yang gampang menjadi runtuh sanggup terlihat ketika penderita mengalami keluhan pada jalan masuk cernanya dan terperinci terlihat adanya ketergantungan pada objek yang memanjakannya. Tetapi penderita merasa takut tergantung pada orang yang menguasainya dan ketergantungan ini dirasakannya sebagai suatu penghinaan. Rasa takut ketergantungan, dan terhina menyebabkan sikap garang terhadap mereka, yang sanggup memperlihatkan kepuasan. Timbulnya depresi pada penderita gastritis dikarena mereka mengelakkan aksi yang timbul biar tidak kehilangan obyek yang memanjanya, dan ini menyebabkan rasa bersalah (guild) yang dirasakan dirinya sebagai sesuatu yang sangat buruk.

DROM FUNGSIONAL HIPOGASTRIUM (LOWER ABDOMINAL SYNDROM)

Gangguan pencernaan yang mengenai jalan masuk cerna serpihan bawah ini juga dikenal sebagai spastic colon, irritable colon, colitis nervosa, dan obstipasi spastic. Tidak ditemukannya penyebab spesifik (infeksi, peradangan atau gangguan anatomis) dari hasil investigasi pada jalan masuk cerna serpihan bawah, walaupun penderitanya tetap mengeluhkan kelainan pada pencernaannya, merupakan salah satu petunjuk kecurigaan adanya sindrom fungsional hipogastrium.

Penderita penyakit ini akan mengeluhkan rasa sakit pada perut, biasanya di bawah pusat, diare atau obstipasi (sembelit). Bila terjadi obstipasi, feses penderita sanggup keluar berbentuk menyerupai potlot atau tahi kambing (obstipasi spastik).

Faktor psikologis yang berperan pada penderitanya yaitu adanya harapan-harapan untuk meminta lebih banyak lagi dari orang lain lantaran mereka telah memberi banyak pada orang tersebut. Angan-angan utama untuk dimanja telah berhasil diubahnya menjadi mekanisme-mekanisme pengelak, sehingga tidak timbul reaksi terhadap angan-angan pemanjaan yang tak dirasa puas. Mereka secara sadar yakin sanggup memberi banyak kepada orang lain namun secara tidak sadar mereka meminta/mengharapkan lebih banyak lagi.

Penderita gangguan ini pada puncak intelektualitasnya sanggup secara terus terang mengakui bahwa dengan prestasi yang mereka miliki, mereka sanggup meminta lebih banyak. Secara tidak sadar mereka merasa bahwa mereka telah memberi “terlampau banyak”. Pertahanan diri mereka akan runtuh dan sanggup menyebabkan timbulnya gangguan jalan masuk cerna tersebut bila mereka merasa “tidak sanggup membayar” atau ketika meraka merasa dirinya “kurang dibayar”.

AEROFAGI

Gejala yang timbul dari gangguan jalan masuk cerna ini yaitu berupa rasa sakit perut dan perut dirasakan penuh dan membengkak, hal ini dibuktikan dengan bersendawa (belching) yang keras bertubi-tubi. Simtom ini terutama ditemukan pada meraka yang bergantian menelan dan mengeluarkan udara. Bila tidak sanggup bersendawa, maka perut akan terasa kembung (meteorismus) dan kentut (flatus) yang tidak berbau.

Gejala-gejala tersebut juga sering disebut sebagai sindrom Roemheld yang terdiri dari rasa sakit di kawasan jantung yang disebabkan oleh diafragma yang tertekan ke atas oleh lambung yang membengkak lantaran terisi oleh udara (meteorismus).

Penatalaksanaan sindrom fungsional jalan masuk cerna ini memerlukan kerjasama yang baik dari penderita dan dokter yang merawatnya serta jikalau diharapkan sanggup meminta pemberian dari seorang psikiater. Karena penyebab yang mendasari gangguan ini yaitu faktor psikologis (setelah hasil investigasi tidak ditemukan adanya penyebab organik yang mendasari nya) dari penderitanya maka selain memperlihatkan pengobatan yang sanggup mengurangi tanda-tanda yang dialami penderitanya maka psikoterapi juga dibutuhkan untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi gangguan ini. Yang terlebih penting yaitu tugas serta dari penderita untuk mengatasi problem yang dialaminya dengan petunjuk dan pemberian dari dokter dan psikiaternya.

KESIMPULAN

Penyakit-penyakit jalan masuk pencernaan merupakan gangguan yang sering kita derita dan disebabkan oleh terganggunya jalan masuk cerna kita. Faktor penyebab penyakit/gangguan tersebut rata-rata yaitu sikap makan kita. Selain itu, faktor psikologis ternyata sangat menghipnotis dan berdampak besar atas gangguan-gangguan tersebut.

Sindrom fungsional pada gangguan jalan masuk cerna yang dipengaruhi oleh faktor psikologis, antara lain yaitu : gastritis (upper abdominal syndrome), sindrom fungsional hipogastrium (lower abdominal syndrome), dan aerofagi. Dalam hal ini, depresi yaitu dampak yang sering membayangi para penderita.

Jadi sanggup saya simpulkan bahwa selain menjaga kesehatan fisik kita juga harus menjaga kesehatan psikis. Karena kesehatan yang hakiki akan tercipta apabila kesimbangan antara fisik dan psikis terjaga